Minggu 08 September 2019, Khotbah Efesus 4:25-32

Invocatio :

“Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Amsal 10:22)

Bacaan :

Jeremia 17: 5-13 (Responsoria)

Tema :

“BEKERJALAH DENGAN BAIK”

 

Sesuai dengan tema tahun ini “Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan Warga GBKP dalam Bidang Ekonomi serta Kepedulian Terhadap Kesehatan dan Lingkungan”, dalam bimbingan PJJ dan PA kita terus didorong untuk lebih kreatif dan terus meningkatkan kualitas diri kita. Dengan demikian diharapkan dalam pelayanan dan pekerjaan ada kemajuan. Pekerjaan yang sudah ada, dilakukan dengan lebih baik, lebih berkualitas. Ada yang sudah memulai usaha sampingan dengan tujuan menopang keuangan keluarga atau sekedar pengembangan hobi. Dalam Minggu Peningkatan Ekonomi Jemaat ini kita kembali diingatkan dasar teologis dari semua pekerjaan yang kita lakukan.
Penjelasan Teks

Invocatio Amsal 10: 22
Amsal termasuk kitab hikmat. Ada banyak nasehat siap pakai di dalamnya. Bagaimana dengan Amsal 10:22? Benarkah “Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”? Bukankah pengajaran ini bisa disalahartikan orang sebagai pengajaran untuk tidak usah bersusah payah, tidak usah bekerja keras, karena toh tidak akan membuat kaya. Ini tentu penalaran yang tidak tepat. Amsal ini tidak bertujuan membuat orang menjadi malas. Penekanannya adalah motivasi dalam bekerja atau bersusah payah. Kalau manusia hanya bekerja keras untuk menjadi kaya, ia sudah mengesampingkan Tuhan. Segala yang dikerjakan semata-mata demi uang, maka ia sudah menjadi hamba uang. Ini motivasi yang keliru, karena bisa membuat orang menghalalkan segala cara demi mendapat uang dan menjadi kaya. Kemudian dia akan memegahkan diri dengan pengakuan bahwa semua kekayaannya berasal dari kerja kerasnya sendiri. Maka Amsal menegaskan, bukan kehebatan manusia, tapi berkat Tuhan yang menjadikan pekerjaan itu memberi hasil yang baik.

Bacaan Yeremia 17: 5-13
• Perkataan Tuhan melalui nabi Yeremia ini membandingkan dua cara hidup umat yang bertolak belakang. Yang mengandalkan manusia dan yang mengandalkan Tuhan. Yang mengandalkan manusia, atau dirinya sendiri akan berujung pada kekecewaan dan pasti pengharapan itu akan lenyap. Sebaliknya yang mengandalkan Tuhan akan seperti pohon yang tidak berhenti menghasilkan buah.
• Kejujuran adalah faktor yang sangat penting, Tuhan menyelidiki hati dan menguji batin. Seperti ayam hutan mengerami yang tidak ditelurkannya, setelah telur menetas anak itu akan pergi meninggalkannya. Demikian pula orang yang melakukan pekerjaan yang tidak halal. Harta kekayaan yang terkumpul hanya sementara, pada waktunya ia akan kehilangan segalanya.

Khotbah Efesus 4: 25-32
Jemaat di Efesus bukanlah jemaat yang kenal Kristus sejak lahir. Mereka lahir dalam lingkungan yang penuh dosa, hidup dalam dosa tanpa menyadari itu adalah dosa. Maka sejak belajar mengenal Kristus (ayat 20) dan menerima Kristus, mereka harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Manusia baru yang dibaharui dalam roh dan pikiran (ayat 23). Manusia baru bukan dalam wujud fisik melainkan dari hatinya. Pembaruan itu, menurut Paulus, harus terlihat dalam:
- Ayat 25: Perkataan yang benar. Orang yang belum mengenal Yesus Kristus, terbiasa mengucapkan dusta dan kebohongan. Setelah hidup dalam Kristus perkataan yang keluar dari mulut orang percaya haruslah kebenaran.

- Ayat 26-27: Penguasaan diri saat marah. Karakter pemarah bukanlah karakter Kristus, meskipun Alkitab mencatat Yesus pernah marah karena melihat hal yang tidak benar di Bait Allah. Siapapun bisa marah. Siapapun pernah marah. Tapi marah tanpa harus berbuat dosa. Mengutip Aristoteles: “Anybody can be angry. That is easy; but to be angry with the right person, to the right degree, for the right purpose, and in the right way-that is not easy.” Marah kepada orang yang tepat, dengan takaran yang pas, untuk tujuan yang benar dan dengan cara yang benar, tidaklah mudah. Maka kita semua perlu belajar mengelola rasa marah, bukan membiarkan kemarahan itu menguasai kita. Supaya tidak ada kesempatan bagi si Iblis menguasai kita.

- Ayat 28: Bekerja dengan baik. Orang yang mencuri harus berhenti mencuri. Ia harus mencari pekerjaan yang menghasilkan uang dengan cara yang benar. Lebih dari itu, kalau dulu sebagai pencuri dia tinggal menikmati hasil jerih payah orang lain, setelah bertobat dan mengenal Kristus dia justru harus memberi kepada orang lain. Ia harus membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan, dari hasil pekerjaan tangannya. Inilah salah satu tujuan bekerja yang kadang kita lupakan. Hasil pekerjaan kita digunakan untuk memberkati orang-orang yang berkekurangan, bukan untuk kita sendiri saja.

- Ayat 29: Perkataan yang membangun. Perkataan yang baik, pada momen yang tepat, akan menjadi penguatan yang membangun bagi yang mendengarnya. Oleh sebab itu haruslah orang-orang percaya memperhatikan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya. Bukan hanya saat-saat tertentu seperti di gereja, dalam persekutuan, tetapi di mana saja. Termasuk di tempat kerja, kantor, sekolah, pasar, perkataan harus menjadi berkat.

- Ayat 30-32: Buang kepahitan dan kejahatan, pelihara kasih mesra dan saling mengampuni.

Aplikasi
Ketiga bacaan minggu ini memberi penjelasan bahwa pekerjaan itu adalah dari Tuhan, dikerjakan dengan mengandalkan Tuhan, dan hasilnya untuk memuliakan Tuhan karena jadi berkat bagi sesama.

Dalam buku Institutio Pengajaran Agama Kristen, Yohanes Calvin menulis: “Tuhan menetapkan tugas-tugas bagi setiap orang menurut jalan hidupnya masing-masing. Dan masing-masing jalan hidup itu dinamakan panggilan.” Ini berarti dalam setiap pekerjaan atau profesi, kita harus menyadari pekerjaan itu panggilan Tuhan. Kita terpanggil untuk melakukan yang terbaik, bertanggung jawab, berdedikasi, dan jujur dalam pekerjaan kita. Kalau kita guru, jadilah guru yang berdedikasi, mendidik untuk mencerdaskan, bukan semata-mata mengejar penuhnya jam mengajar demi tunjangan tertentu. Kalau kita pegawai, jadilah pegawai yang mengerjakan bagiannya sesuai fungsinya, bukan sekedar mengisi absensi kehadiran lalu sibuk mengerjakan hal lainnya yang bukan tugas utama. Kalau kita pebisnis, juallah produk atau jasa tanpa unsur menipu pembeli, jangan menjual kebohongan demi keuntungan yang besar. Kalau kita tenaga medis, jadilah tenaga medis yang rindu menolong orang dengan talenta dan ilmu yang ada pada kita, bukan hanya mengejar uang. Baiklah kita semua bekerja keras sebagai ucapan syukur karena Tuhan memberi nafas, kesehatan, dan pekerjaan. Kita kerja keras sebagai pertanggungjawaban kepada Tuhan Sang Pemberi Kehidupan.


Pdt. Yohana br Ginting
GBKP Runggun Samarinda