SUPLEMEN PA MORIA 26 JUNI-02 JULI 2022, KEJADIAN 6:17-22;17-13

Ogen: Kejadian 6:17-22; 17:13

Tema: Kiniersadan Arih

(Kesatuan Janji)

 

I. Pendahuluan

Dalam kehidupan manusia terkhusus dalam menapaki perjalanan keluarga kesatuan janji merupakan kebutuhan utama di dalamnya, karena dengan adanya kesatuan akan tercipta kebersamaan, keselarasan dan kebahagiaan. Untuk itu ada 4 hal yang harus kita perhatikan dalam Kesatuan Janji: 1) Kesetiaan, janji yang sudah diucabkan di dalam pernikahan kunci utama dalam perjalanan keluarga sangatlah perlu diperhatikan, karena di dalam perjanjian itu mengandung kesetiaan antar pasangan, jika salah satu saja pasangan tidak lagi setia, maka akan menghantarkan keluarga tersebut kedalam kehancuran. 2) Kepedulian, Apa yang terjadi di dalam kehidupan kita esok hari, kita tidak mengetahuinya, dengan demikian kepedulian satu dengan yang lain akan menjadikan orang tersebut akan mendapatkan kekuatan dengan kepedulian.kehidupan. 3) Ketulusan, semua yang kita lakukan dan yang kita berikan terhadap seseorang harus lah dengan ketulusan tanpa mengharapkan imbalan, karena dengan ketulusan kita tidak akan pernah merasa kecewa dalam 4) Kerja Sama, ketika kita mau bekerja sama, maka pekerjaan yang kita lakukan itu akan menjadi mudah dan dapat dikerjakan dengan cepat.

Mengucapkan janji-janji bisa dikatakan perkara yang mudah. Namun untuk bisa menjadi orang selalu menepati janji terkadang sulit. Tak sedikit orang mudah mengumbar janji dari pada menepatinya. Untuk bisa selalu menepati janji untuk menyatukan hati, diperlukan komitmen yang tinggi. Dengan adanya komitmen bisa membuat orang lebih berusaha untuk selalu menepati janji.

 II. Isi

1. Kitab Kejadian “Genesis” adalah kitab pertama dalam susunan kitab-kitab dalam Alkitab yang bercerita tentang asal mula kehidupan di dunia ini. Dalam bahasa Ibrani judulnya diambil dari kata-kata pertama “b’resit” yang berarti “Pada mulanya” mengatakan asal mula alam semesta, asal mula penciptaan manusia, asal mula kejatuhan ke dalam dosa dan asal mula penyelamatan oleh Allah sendiri. Di dalam Pasal 6 dikatakan bagaimana manusia melakukan dosa yang tidak lagi menghiraukan Tuhan, sehingga dari dosa-dosa manusia yang begitu besar ternyata masih ada orang baik ketika itu yaitu keluarga Nuh. Secara khusus riwayat Nuh diceritakan dengan rinci. Nuh disebutkan sebagai pribadi yang taat kepada Tuhan (ayat 9). Ia memiliki tiga orang anak yaitu: Sem, Ham dan Yafet. Kepada Nuh juga Tuhan memberikan perintah agar ia membuat bahtera yang besar dan bertingkat, setelah itu tuhan memerintahkan agar Nuh, Istri dan ketiga anaknya serta menantunya naik ke bahtera, tidak ketinggalan segala mahluk hidup yang berpasang-pasangan untuk diselamatkan karena Tuhan berkeinginan dan memutuskan untuk mengakhiri kekerasan dan kejahatan di bumi serta menghapus umat manusia dengan Air Bah.

2. Ayat 17-22, dalam ayat ini menceritakan bagaimana Nuh menerima perintah dari Tuhan setelah manusia di bumi semakin banyak dan melakukan dosa. Ayat 17“sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit, segala yang ada di bumi akan mati binasa” dengan adanya rencana Tuhan seperti ini perintah untuk membuat bahtera itu pun dilakukan oleh Nuh tanpa mengeluh dan protes, mengapa dibuat bahtera sebesar itu atau tujuannya utuk apa, Nuh membuatnya dengan taat dan setia kepada Tuhan. Memang sulit mencari orang yang banyak bekerja tetapi sedikit bicara, tetapi itu semua ada di dalam diri Nuh. Setelah selesai membuat bahtera itu kemudian Tuhan memberikan perintah lagi untuk mengumpulkan segala jenis hewan berpasangan untuk dimasukkan ke dalam bahtera, begitu juga dengan segala kebutuhan makanan yang di perlukan oleh keluarga Nuh. Semuanya itu dilakukan oleh Nuh dengan kesetiaan (Nuh melakukan perintah Tuhan dengan setia sampai bahtera itu selesai), kepedulian (Nuh peduli dengan perintah Tuhan, dia tidak mengabaikannya, karena ia tahu betul ada rencana Tuhan dibalik itu), ketulusan (Nuh melakukan perintah Tuhan itu semua tanpa bersungut-sungut atau menentang perintah Tuhan itu) dan kerja sama (Nuh sebagai Imam dan Kepala keluarga memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya, sehingga untuk melakukan perintah Tuhan itu seluruh anggota keluarganya turut melakukan dan mengerjakan sesuai dengan apa yang diperintahkannya, dengan kerja sama di tengah-tengah keluarga ternyata pekerjaan itu dapat diselesaikan sesuai dengan keinginan Tuhan).

3. Pasal 7:13, setelah perintah Tuhan itu semua dilakukan oleh Nuh dan keluarganya, serta bahtera itu juga selesai dikerjakan maka “pada hari itu juga masuklah Nuh serta Sem, Ham, Yafet, snsk-anak Nuh dan Isteri Nuh, dan ketiga isteri anak-anaknya bersama-sama dengan dia ke dalam bahtera itu” ini menunjukkan puncak dari rencana Tuhan karena setelah itu maka hujan pun turun tak henti-hentinya, dan selama 40 hari lamanya air bah itu meliputi bumi (ayat 17). Banar adanya apa yang dikatakan oleh Tuhan, akibat dari air bah itu semuanya yang bernyawa mati kecuali yang tinggal di bahtera tersebut.

4. Dari keluarga Nuh dan peristiwa air bah di atas dapat kita mengambil kesimpulan bahwa: 1) Nuh sebagai orang tua dan sebagai kepala rumah tangga benar-benar memberikan contoh yang baik kepada seluaruh keluarganya terkhusus istri dan anak-anaknya taat dan patuh kepadanya. 2) Sebagai Imam, Nuh juga mengajarkan iman percaya kepada keluarganya, dan memang terlihat bagaimana secara kesatuan hati mereka bersama-sama melakukan perintah Tuhan, 3) Ternyata iman kepada Tuhan menyelamatkan mereka sekeluarga, bukan hanya mereka tetapi hewan-hewan yang bersama mereka juga selamat, dari hal ini dapat kita ketahui ternyata bergaul dengan orang beriman kita selamat, bergaul dengan orang jahat akan binasa, 4) Keluarga Nuh adalah keluarga yang kesatuan janji, terlihat secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama juga berjalan memasuki bahtera, di dalamnya mereka dikumpulkan artinya dipersatukan dalam keluarga, susah senang mereka rasakan bersama-sama. 5) Selamatkanlah keluarga kita, karena keluarga harta paling berharga. Hindarilah dari perbuatan cela, pengaruh lingkungan atau penyakit sosial, karena itu akan memberikan ancaman murka Tuhan, tetapi dekatkanlah ke arah iman yang menyelamatkan. Kesatuan keluarga merupakan kekuatan untuk menghadapi segala cobaan dan tantangan, serta kesatuan keluarga menimbulkan kebahagiaan dan suka cita.

III. Refleksi

Tema: Kiniersadan Arih (Kesatuan Janji), dalam tema ini mengandung makna yang dalam sekali. Dalam renungan kita kali ini telah diperlihatkan bagaimana keluarga Nuh, yang memiliki kesatuan janji di dalam menghadapi masalah di tengah-tengah keluarga mereka, serta bagaimana kesatuan mereka di dalam menjalankan perintah Tuhan sehingga mereka selamat dari air bah. Dari keluarga ini juga kita dapat melihat bagaimana praktek melakukan Kesatuan Janji mereka yang selama ini kita dapat lihat dalam Janji Pernikahan. Dalam kalimat itu ada kata “Mengambil Engkau…” kalau sudah diambil berarti dipertanggung jawabkan dan dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah. Ada juga kalimat “Waktu sehat sakit, senang susah dan kelimpahan kekurangan” ini menunjukkan mampu menerima semua keadaan dan itu tidak akan mempengaruhi kesatuan hati. Dalam Kejadian 2:24 “sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” dalam ayat ini terkandung kesatuan janji, semula janji yang sudah diikrarkan itu tak ubahnya seperti Papan Reklame semua orang bisa melihat, mendengar dan membacanya. Dalam keadaan dan situasi yang menghampiri keluarga diharapkan maupun yang tidak diharapkan akan selalu silih berganti datang, bagaimana keluarga itu tetap dapat mempertahankan keutuhan keluarga untuk menjalaninya.

Perbedaan pemahaman dan pemikiran antara laki-laki dan perempuan dalam mengambil keputusan dan tindakan menjadi salah satu pemicu terjadinya permasalahan di tengah-tengah keluarga jika tidak dipahami dan dijadikan perbedaan itu kelemahan, tapi dari semula Tuhan menciptakan manusia dan perbedaan itu ada, sebenarnya Tuhan menginginkan agar manusia menjadikannya kekuatan karena dipakai untuk saling melengkapi. Masalah dan tantangan haruslah dihadapi bersama karena ini menunjukkan kesatuan janji di tengah-tengah keluarga, serta mendidik anak-anak juga merupakan tugas bersama yang akan menciptakan kebersamaan yang erat dan terjalin komunikasi yang baik. Pribahasa mengatakan “Berat sama dipikul, Ringan sama dijinjing” ini menunjukkan kesatuan janji dan hati.

 

Pdt Julianus Barus-Runggun Bandung Pusat

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD