SUPLEMEN PA MAMRE 28 APRIL-04 MEI 2024, MARKUS 6:30-44
Ogen :
Markus 6:30-44
Tema :
Makeken Si Lit Alu Pasu-pasu Tuhan
Tujun:
1. Meteh kuga Tuhan Yesus makeken si lit guna keperlun jelma si enterem
2.Nggit makeken potensi si lit ibas dirina guna kiniulin jelma si enterem
I. Pendahuluan
Dari tema PA kita kali ini mengangkatkan tentang Pasu-pasu atau Berkat. Jika kita melihat penggalan Reff KJ 439 “Berkat Tuhan mari hitunglah, kau kan kagum oleh kasihNya” dari lirik lagu ini menunjukkan bahwa berkat Tuhan itu ada dan diberikan setiap orang. Berkat dalam kata Ibrani barak berarti “memberkati, menyebabkan berlutut, atau memberi salam,” Dalam kata Yunani serupa eulogeo yang berarti “memberkati atau memuji”. Berkat adalah segala sesuatu yang diberikan kepada setiap orang dari Tuhan yang mendatangkan kebaikan atau keselamatan bagi orang yang menerimanya. Berkat telah diterima oleh bapak leluhur kita yaitu Nuh dan Abraham karena kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah. Berkat yang mereka terima bukan hanya berkat jasmani seperti kekayaan tetapi terutama berkat rohani dan keselamatan. Berkat yang telah dinyatakan kepada Nuh dan Abraham yaitu berkat keselamatan dapat dinikmati oleh orang lain juga. Berkat yang diberikan Tuhan kepada Abraham dalam Kejadian 12:2-3 “Aku akan menjadikan kamu bangsa yang besar dan Aku akan memberkati kamu; Aku akan membuat namamu besar, dan kamu akan menjadi berkat. Aku akan memberkati mereka yang memberkati kamu dan siapa yang mengutuk kamu, Aku akan mengutuk dan semua bangsa di bumi akan diberkati melaluimu”
Tuhan menginginkan kita mengelola dan menggunakan berkat itu sebagaimana Allah yang memberinya kepada kita. Kita harus mengikuti cara-cara yang Allah tetapkan supaya kita dapat menikmati berkat itu. Berkat itu adalah Firman yang menjadi petunjuk bagaimana kita dapat hidup sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan-Nya. Sesuai juga dengan tema: Makeken si lit alu pasu-pasu Tuhan, dari tema ini kita diinginkan Tuhan agar menggunakan berkat itu sesuai dengan keinginan Tuhan dan berjalan dalam rel Tuhan. Berkat terbesar yang bisa dibayangkan adalah hak istimewa menjadi umat Allah dan kemudian, menjadi milik Allah sebagai anak-anak-Nya.
II. Uraian Teks
Dalam peristiwa Yesus melakukan mujijat memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan dalam hal ini yang dibutuhkan adalah iman kepercayaan bukan logika manusia. Tuhan sescara jelas melihat dan mengetahui bagaimana kehidupan, keberadaan serta apa yang ada pada kita, dari sana lah Tuhan melakukan perkara yang besar dalam hidup kita melalui Talenta serta apa yang ada pada kita.
- Ayat 30-32 “Kemudian Rasul-rasul itu Kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan” ayat 12-13 di awal pasal “Mereka keluar dan memberitakan Injil orang-orang harus bertobat.” Ayat 13, “ Mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak serta menyembuhkan mereka”. Hal inilah yang mereka laporkan kepada Yesus, dari ayat ini kita mendapatkan pengajaran bahwa semua yang sudah kita kerjakan dalam hidup kita begitu juga yang belum kita kerjakan dalam hidup kita perlu kita laporkan atau kita sampaikan kepada Tuhan bilamana yang udah kita kerjakan atau yang belum kita kerjakan Tuhan lah yang mempertimbangkannya, mengarahkannya dan yang memberkatinya. Misi yang dilakukan oleh para rasul pasti sangat melelahkan bagi mereka dan Kebutuhan orang banyak tidak akan pernah terpenuhi sepenuhnya, tapi kebutuhan itu mendesak para rasul bahkan tidak mempunyai waktu untuk diri mereka sendiri, sehingga Yesus menaruh belas kasihan terlebih dahulu kepada para rasul, ayat 31 “Kalau begitu , karena begitu banyak orang yang datang dan pergi sehingga mereka tidak sempat makan, Dia berkata kepada mereka, 'Ikutlah Aku sendirian ke tempat yang tenang dan beristirahat'". Dia merasakan kebutuhan untuk menjauh dari keramaian dan mencari waktu untuk beristirahat, waktu untuk berdoa dan memperbarui diri, dan Dia tahu bahwa para rasul memerlukan hal yang sama. “Yesus berkata, 'Marilah bersamaku dan beristirahatlah.'” Yesus sendiri perlu istirahat apa lagi rasul-rasul, kita perlu istirahat, kita perlu disegarkan dan diperbaharui, kita tidak bisa melakukannya terus-menerus pekerjaan atau pelayanan itu, karena tubuh atau fisik kita memiliki keterbatasan.
- Ayat 33-34 “Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang yang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka, dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka” Ketika hendak Yesus dan rasul-rasul itu pergi istirahat dengan menaiki perahu, ternyata orang banyak mengetahuinya dan mereka berusaha berjumpa dengan Yesus sehingga mereka mendahuli rombongan Yesus dengan mengambil jalan darat. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa orang banyak memiliki niat yang besar untuk dapat berjumpa dengan Yesus dan mendengarkan pengajaranNya, sehingga mereka tidak putus asa bahkan menemukan jalan yang lebih cepat melalui jalan darat, seperti pribahasa mengatakan “Dimana ada niat di situ ada jalan”. Ternyata usaha dan niat mereka tidak sia-sia bahkan membuahkan hasil, Dimana mereka lebih dulu sampai di tempat bakalan Yesus beristirahat, orang banyak itu lebih duluan sampai ke tempat itu dari pada rombongan Yesus. Sehingga Ketika Yesus melihat “Sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka” terlihat bahwa karena perasaan seperti inilah yang ada dalam hati Yesus yang mengalahkan keinginannya tadi untuk beristirahat. Yesus merasa kasihan karena orang banyak itu seperti domba yang tidak mempunyai gembala (Ayat 34). Domba yang tidak memiliki gembala sangatlah rentan dengan ancaman dari Binatang buas bahkan bisa membuat domba itu jadi mangsa yang empuk dan gampang dicerai beraikan dari kelompoknya. Yesus datang sebagai gembala domba-domba itu dan memberikan diriNya bagi domba-domba itu, ini dapat kita lihat dalam Yohanes 10:11 “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”. Perasaan kasihan tidak terbendung dari hati Yesus karena memang Yesus adalah Kasih, sehingga Dia mengajar banyak hal kepada orang banyak itu.
- Ayat 35-38 “Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-muridNya dan berkata, tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam, suruhlah mereka pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini” dalam hal ini jelas terlihat bahwa manusia itu memiliki rasa kekawatiran serta menggunakan pengertian secara akal pikiran, inilah yang ada pada rasul-rasul munculnya ketakutan dan kekawatiran, karena situasi dan kondisi mempengaruhi mereka yaitu: hari sudah malam (banyak orang yang takut dengan kegelapan, sehingga kalau bisa jangan tertalu malam pulang ke rumah dari suatu tempat), Tempat ini sunyi (rasul memikirkan tentang tempat tinggal untuk istirahat bagi mereka dan orang banyak dan bisa juga dikatakan perasaan rasul ini sunyi walaupun banyak orang, bisa jadi merasa ada yang kurang dalam hidupnya). Akibat dari kekawatirna dan ketakutan ini rasul mengatakan “suruhlah mereka pergi”(Ayat 36), berbeda dengan Yesus yang menaruh belas kasihan. Kita juga bisa jadi mengucabkan kata-kata yang kurang baik Ketika kita menghadapi ketakutan dan kekawatiran. Selanjutnya rasul mengatakan “agar mereka membeli makanan di desa-desa”. Dari kalimat ini terlihat ketakutan dan kekawatiran rasul itu semakin meningkat, karena berkaitan dengan makanan yang hendak di makan. Inilah alasan yang sangat mendasar kekawatiran manusia secara umum mengenai: apa yang dimakan, Tempat tinggal dan lingkungan yang tidak baik. Ternyata dari perkataan rasul-rasul ini jawaban Yesus “Kamu harus memberi mereka makan” (Ayat 37) perkataan Yesus ini menekankan bagaimana tugas dan tanggung jawab seorang gembala yaitu memenuhi kebutuhan domba-dombanya, tetapi rasul-rasul ini merasa tidak mampu memberi orang banyak makan dengan apa yang ada pada mereka, sehingga mereka mengatakan “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan” Satu dinar adalah upah sehari bagi seorang buruh atau seorang pekerja, itu uang yang banyak bisa jadi gaji setahun pun tidak cukup untuk memberi makan 5000 orang. Hitung-hitungan manusia atau dunia yang dipakai rasul-rasul sehingga tidak akan mencukupi bahkan gagal. Yesus bertanya kepada rasul-rasul “Berapa banyak roti yang ada padamu?” setelah diperiksa rasul menjawab “Lima roti dan dua ikan” (Ayat 38). Hanya ini persediaan makanan yang ada pada rasul-rasul.
- Ayat 39-44 “Yesus memerintahkan agar mereka bisa duduk berkelompok-kelompok, ada yang seratus orang ada yang lima puluh” Ternyata Yesus memiliki cara tersendiri mengatur orang banyak itu dengan duduk berkelompok, ini sangat membantu untuk memimpin dan memudahkan pendistribusian makanan begitu juga logistik yang lain. Yesus menginginkan umat manusia terkendali dan tertib. Hal ini juga secara langsung mendidik mereka untuk mampu berorganisasi dan mendidik mereka agar mampu berinteraksi dengan yang lain serta menumbuhkan sikap bersabar. Kita dapat melihat Yesus sebagai seorang pemimpin rohani yang sangat praktis. Setelah semuanya teratur dengan baik, Ia mengambil roti dan menengadah ke langit, artinya Yesus dengan sikap hati yang penuh hikmat menyerahkan kepada Tuhan dan mengucap syukur. Perhatikan ayat 41, “Dia mengambil lima roti dan dua ikan, Ia menengadah ke langit dan mengucab berkat”.Setiap pemberian yang baik dan sempurna berasal dari atas, turun dari Bapa. Yesus adalah menjadi teladan di sini. Setelah Yesus mengucab berkat lalu ia memecah-mecahkan roti itu serta memberikannya kepada rasul-rasul supaya membagikannya. Dari kata-kata berkat itu terdapat mukjizat dan semuanya mendapatkan makanan. Lihatlah ayat 42, “Mereka semua makan dan merasa kenyang.” Mereka benar-benar penuh dengan makanan, tidak dapat diterima dengan akal manusia, mujijat itu terjadi Ketika roti itu dipecah-pecah dari sana seolah-olah roti dan ikan itu beranak-pinak. Sungguh luar biasa, jumlah yang mencengangkan Ketika sisa dikumpulkan atas perintah Yesus, ayat 43, "Para murid mengumpulkan dua belas bakul penuh pecahan roti dan ikan." Yesus tidak menginginkan ada makanan yang terbuang, jangan sampai ada yang sia-sia. Jika Kristus peduli pada potongan roti dan ikan, apalagi hidup kita yang sangat berharga di mata Tuhan. “jangan biarkan ada yang sia-sia,” apalagi setiap perjumpaan dengan Tuhan kita melalui orang-orang seiman, tidak ada yang sia-sia. Jikalau Tuhan menghargai hidup kita, janganlah kita menyia-nyiakan hidup kita.
III. Kesimpulan
- "Sembahlah Dia dan percayalah padanya, percayalah padaNya. Biarkan Yesus memenuhi kebutuhanmu. Dia tahu apa yang kamu butuhkan sebelum kamu memintanya. Dari ungkapan ini perlu kita merenungkan bagaimana sikap kita untuk meng-Amin-kan nya dalam hidup kita, khususnya kita sebagai MAMRE, karena dapat dilihat dalam bahan kita bahwasanya rasul-rasul yang selama ini hidup dan berintraksi dengan Yesus sendiri juga masih memiliki rasa ketakutan dan kekawatiran tentang apa yang dimakan, tempat tinggal serta keadaan lingkungan. Dengan demikian kita selayaknya sebagai MAMRE hendaklah lebih mendekatkan diri kita kepada Yesus serta berpengharapanlah kepada-Nya.
- Ketika Yesus bertanya kepada rasul-rasul, “Berapa banyak roti yang yang ada padamu? Cobalah periksa” perkataan Yesus ini sangat perlu kita renungkan, beberapa hal bisa kita dapatkan sebagai perenungan hidup sebagai MAMRE yaitu, Pertama: Apa yang ada pada kita, bukan yang tidak ada Yesus minta, terkadang kita membohongi diri kita serta Tuhan kita, dengan mengatakan tidak ada apa-apa padahal Tuhan sudah memberikan berkatNya kepada kita. Tujuan Yesus bertanya seperti itu karena IA menginginkan kita menggunakan apa yang kita miliki atau berkat Tuhan yang kita terima untuk melayani IA serta menyatakan kuasa Tuhan, sesuai dengan tema kita: Makeken si lit alu pasu-pasu Tuhan. Kedua: Cobalah Periksa, dari kata ini kita diajak untuk memeriksa dan mengoreksi diri kita masing-masing terlebih selaku MAMRE apa potensi yang ada dalam diri kita masing-masing dan hendaklah potensi itu dikembangkan untuk pelayanan. Sesuai dengan Tujuan PA kita, Nggit makeken potensi si lit ibas diri MAMRE guna kiniulin jelma sinterem.
- Berkat Tuhan baru setiap waktu, itulah yang kita harapkan terjadi dalam hidup kita. Tuhan memberikan berkat kepada kita bukan hanya untuk kita pribadi, tetapi Tuhan berkehendak agar kita melayankannya juga kepada orang lain. MAMRE harus mampu mengelola setiap berkat Tuhan yang diterima. Berguna bagi pribadi berguna bagi orang lain, untuk mengelolanya MAMRE harus sadar bahwa Sumber berkat adalah Tuhan, bukan karena kuat dan gagahnya. Mengelola berkat Tuhan harus setia dan bersandar kepada kehendak Tuhan serta Firman-Nya.
- Mujijat terjadi dari kata-kata berkat Yesus, dengan demikian setiap kata yang diucabkan oleh Yesus dan setiap pengajaran yang disampaikan kepada orang banyak, mereka percaya karena di dalam setiap perkataanNya ada kuasa. MAMRE hendaknya percaya setiap Firman Tuhan yang disampaikan, jangan mengandalkan pengetahuan terlebih-lebih menggunakan akal pikiran yang identik dengan sifat laki-laki yang bermain seputaran logika. Hitung-hitung manusia atau dunia adalah 5+2= 7 tapi kalau hitung-hitungan Tuhan 5+2=12 ini diluar akal dan logika karena memang untuk memahami Tuhan bukan dengan ilmu pengatahuan tetapi dengan iman kepercayaan.
Pdt. Julianus Barus-Runggun Bandung Pusat