MINGGU 11 FEBRUARI 2024, KHOTBAH MAZMUR 57:2-12 (MINGGU PASSION I:ESTOMIHI)

Invicatio  :

Sedengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku!” (Mzm. 31:3)

Bacaan  :

Yohanes 7:32-36 (Tunggal)

Tema :

Allah Tempat Perlindungan (Dibata ingan Cicio)

 

I. Pendahuluan

Minggu Estomihi (Latin: Esto Mihi) berarti “Jadilah bagiku gunung batu perlindungan” sesuai dengan invocatio. Minggu ini merupakan Minggu terakhir sebelum memasuki minggu-minggu pra-paskah. Masa pra-paskah merupakan minggu perjalanan Yesus dalam menuju kesengsaraanNya. Untuk itulah Minggu Estomihi penting untuk diperhatikan, karena Estomihi merupakan benteng pertahanan dalam menjalani kesengsaraan.

Kerap sekali, dalam menjalani kehidupan kita akan menjumpai kesulitan-kesulitan dalam setiap aspek kehidupan sesuai dengan porsi kita masing-masing. Tetapi, dalam proses menjalani persoalan tersebut banyak yang tidak mampu bertahan hingga akhirnya menyerah kepada keadaan. Apa yang membuat hal ini terjadi? Karena kita tidak mempersiapkan diri dan iman kita ketika terjadi kesulitan. Hingga akhirnya, secara fisik dan psikis akan lelah kemudian menyerah. Untuk itulah kita belajar tetang Yesus yang akan masuk ke dalam kesengsaraanNya, namun Dia bertahan dan menang karena pertahanan yang kekal sudah dipersiapkan.

II. Penjelasan Nats

Bahan Khotbah Mazmur 57:2-12 ditulis ketika Daud sedang lari dari Saul dan harus bersembunyi dalam gua. Saul iri melihat kesuksesan Daud dan ia ingin membunuh Daud (ay.1). Dalam keadaan yang terjepit, Daud berseru kepada Allah, dia tidak larut dalam kesedihan dan ketakutan tetapi memfokuskan dirinya kepada Allah. Ada beberapa hal yang terlihat dari sikap Daud, pertama ia berseru kepada Allah dan mempercayakan hidupnya di tangan Allah (ay. 2-4). Daud mengharapkan belaskasihan Allah dan jiwanya berlindung di bawah naungan sayapNya. Daud mengumpamakan dirinya bagai seekor anak burung elang yang tidak berdaya yang berlindung di bawah naungan induknya. Kedua, ia memfokuskan perhatiannya kepada kemuliaan Allah (ay.6,12). Daud mengakui keadaannya yang lemah dan tidak berdaya di tengah-tengah serangan musuh-musuhnya (ay. 5,7). Tetapi ia tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh keadaan. Perhatian Daud yang terutama, bahkan ketika ia memohon pertolongan dari Tuhan adalah agar nama Tuhan ditinggikan dan dimuliakan bukan semata-mata hanya untuk keselamatannya. Ketiga, ia bersukacita menantikan pertolongan Tuhan (ay. 8-11). Daud tidak merasa bahagia dengan keadaannya, tetapi ia tidak pernah kehilangan sukacitanya sementara ia menantikan pertolongan Tuhan, karena sukacitanya berdasarkan kasih setia Tuhan dan kebenaranNya.

Bacaan Yohanes 7:32-36 merupakan konflik antara Yesus dengan para pemimpin Yahudi. Orang Farisi dan iman-iman mulai terganggu karena sudah ada yang mulai meragukan mereka. Orang-orang itu mempertanyakan ketidakmampuan para pemimpin agama Yahudi untuk menangkap Yesus dan bagaimana Yesus leluasa mengajar di Bait Allah. Di antara orang banyak itu ada banyak orang yang percaya kepada Yesus, sehingga orang Farisi dan iman-iman kepala memerintahkan untuk menangkap Yesus. Namun, karena belum waktunya maka tidak ada seorang pun yang dapat menangkap Yesus. Apa reaksi Yesus menanggapi aksi ini? Ia tenang dan tidak segera meninggalkan Bait Allah. Ia justru mempertegas akan kemantianNya. Ia akan segera kembali kepada Bapa yang mengutus Dia dan tidak seorang pun yang dapat sampai ke tempat Dia berada (ay. 33-36). Sekali lagi, Yesus memunculkan pertanyaan dalam pikiran orang-orang Yahudi saat itu karena mereka tidak mengerti maksud Yesus. Mereka justru menganggap bahwa Yesus akan pergi mengajar orang Yunani. Padahal jelas bahwa orang Farisi dan iman-iman kepala tidak akan sampai kepada Bapa karena dosanya.

Invocatio Mazmur 31:3 merupakan doa raja Daud. Adanya jeritan hati, ratapan dan keluhan yang diungkapkan Daud selaku pemazmur. Ada saat dimana dia merasa seakan-akan Tuhan telah melupakannya (ay.23). Tetapi ia juga memiliki keyakinan bahwa Tuhan pasti menolong. Berulang kali Daud berseru agar Tuhan melindunginya. Pemazmur menyatakan bahwa Tuhan adalah tempat perlindungannya.

III. Penutup

Beberapa fakta dunia melalui kejadian-kejadian yang terjadi di dunia ini, menjelaskan apapun usaha manusia untuk menciptakan sesuatu yang dapat memberikan perlindungan dan keamanan sesungguhnya tidak ada yang kekal. Kejadian kapal titanic yang dirancang sebagai kapal pesiar yang modern dan tangguh, tapi dalam pelayaran yang pertama kapal tersebut hancur ketika menabrak gunung es. Peperangan Israel dan Palestina dengan beradu sistem pertahanan yang kuat, namun terlihat tetap mampu memakan korban yang banyak. Begitu banyak yang kita lihat dapat menjadi tempat perlindungan dalam dunia ini, namun pada saatnya semua itu akan mengecewakan kita. Tenanglah dalam menyikapi persoalan hidup seperi Yesus dalam nats bacaan. Ketika harapan pudar dan kebahagiaan menjauh, carilah kembali sukacita bersama Allah. Jadikanlah DIA tempat perlindungan, karena bersamanya ada jaminan keselamatan yang kekal.

Ketika pergumulan hidup begitu berat untuk di jalani dan tidak ada satupun pertolongan yang bisa diharapkan dan andalkan, tetaplah berpengharapan kepada Yesus dan andalkan Dia di dalam kehidupan kita. Karena hanya Yesus tempat perlindungan yang teguh. Sama seperti Daud, di tengah pergumulan yang hebat, dia tetap mengandalkan Tuhan, berpengharapan hanya kepadaNya, hanya Tuhan yang dia jadikan sebagai tempat perlindungannya. Ketika kita berlindung kepada kekuatan dunia ini, kita bisa kecewa. Tetapi ketika kita berlindung kepada Tuhan dan menjadikan Dia sebagai tempat perlindungan kita, kita tidak akan kecewa. Kita akan merasakan kehangatan kasihNya, kita akan merasakan damai sejahtera dan suka cita.

Pdt. Evlida br Ginting-Runggun Cileungsi

MINGGU 04 FEBRUARI 2024, KHOTBAH YESAYA 53:7-12 (MINGGU SEXAGESIMA)

Invocatio :

Ibrani. 13 :12.

Ogen :

Markus. 8:31-38 (Tunggal)

Tema :

Kiniseran E Labo Sia-sia / Penderitaan itu Tidak Sia-sia.

 

 

Pendahuluan.

Saudara-saudara yang terkasih , minggu ini kita memasuki minggu Sexageima yang artinya 60 hari menjelang Paskah, minggu ini mengajak kita untuk merenungkan dan menghayati kembali masa-masa penderitaan sampai penyaliban Tuhan Yesus Kristus dalam rangka menebus dan menyelamatkan manusia berdosa. Melalui perenungan dan penghayatan itu kita dapat merefleksikannya di dalam kehidupan iman kita serta membuahkan tekad untuk semakin mampu meneladani Kristus dan menyaksikanNya dalam kehidupan kita.

Pendalaman Teks Khotbah.

Saudara-saudara yang terkasih, Alkitab menyaksikan Rancangan Allah yang sungguh besar dan mulia untuk menghadirkan keselamatan bagi dunia setelah manusia jatuh ke dalam dosa, di dalam kitab Perjanjian Lama, salah satunya melalui nubuatan Nabi Yesaya dalam renungan kita minggu ini, Yesaya 53: 7-12, menyatakan berbagai perkara tentang Dia (Mesias) yang tumbuh sebagai taruk dari keturunan Daud yang akan datang menjadi Mesias, Juruselamat yang akan memberikan penebusan bagi umat pilihan Allah. Mesias itu tidak datang dengan kekuatan perang, kekuatan politis namun Ia datang sebagai hamba bahkan seperti budak yang hina, yang menanggung kesengsaraan yang hebat, yang penuh caci maki, aniaya dan kesakitan, orang banyak tidak mau melihat muka-Nya. Nabi Yesaya mengatakan bahwa sesungguhnya, Ia menanggung segala sakit penyakit manusia yang berdosa, Dia memikul kesengsaraan manusia. Ironisnya, manusia justru tidak mengenal Dia dan mengira bahwa dia kena tulah, sehingga dia dipukul dan ditindas oleh Tuhan Allah. Sehubungan dengan Bacaan kita minggu ini, yaitu Kitab Injil Markus.8:31-38, adalah sebagai penggenapan dari Nubuatan Yesaya yang disampaikan oleh Yesus Kristus sendiri kepada para murid, bahwa Mesias utusan Allah itu akan mengalami penderitaan dan penolakan, lalu dibunuh dan bangkit pada hari yang ketiga, namun Petrus menegur Yesus dan menyatakan bahwa itu tidak akan terjadi kepada Mesias, namun Yesus Memarahi Petrus karena tidak memahami makna penderitaanNYa.

Ada beberapa hal yang disampaikan oleh Nabi Yesaya menggambarkan kesengsaraan yang akan dialami oleh Mesias itu, yaitu:

1. Membiarkan Diri walau Mengalami Penindasan.

Keturunan Daud itu seperti Domba yang dibawa ke pembantaian, Dia tidak melawan bahkan membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian, hal ini bukanlah gambaran kebodohan, namun ini adalah gambaran kerelaan, kesetiaan dan kasih yang begitu besar kepada umat manusia yang berdosa, ini adalah konsekwensi yang harus dijalani karena Dia mengetahui tujuan dari pengutusanNya ke dunia ini.

2. Ia ada di antara para penjahat, sekalipun Ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.

Kemudian setelah Ia mati, lalu orang menempatkan kubur-Nya di antara orang-orang fasik. Bahwa dalam mati-Nya, Ia berada di antara para penjahat. Walaupun sejatinya Ia tidak berbuat kekerasan dan tipu muslihat tidak ada dalam mulutNya.

3. Ia terhitung di antara para pemberontak, sekalipun Ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk para pemberontak.

Lebih lanjut, Alkitab mengungkapkan bahwa sesudah kesusahan jiwa-Nya, maka Ia akan melihat terang dan menjadi puas. Bahwa hamba-Nya itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan semua orang yang percaya kepada-Nya oleh hikmat-Nya. Lalu semua dosa, pelanggaran dan kejahatan kita dipikul-Nya. Sungguh! Oleh sebab itu, maka Dia akan membagikan kepada-Nya orang-orang besar sebagai rampasan. Bahwa Ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan. Yaitu sebagai ganti karena Ia telah menyerahkan nyawa-Nya ke dalam maut. Karena Ia, Yesus Kristus Tuhan kita, terhitung di antara para pemberontak. Walaupun sejatinya, Ia menanggung dosa banyak orang dan Ia berdoa untuk para pemberontak yang membenci-Nya.

Penutup
Saudara-saudara yang terkasih akhirnya kita akan merenungkan dan merefleksikan Firman Tuhan yang sampai pada kita saat ini:

1. Penderitaan adalah bahagian dari kehidupam manusia, walau sesungguhnya, tak ada orang yang ingin menderita. Namun, penderitaan bisa menimpa siapa saja, termasuk orang-orang yang hidup baik dan bertanggung jawab. Memang banyak orang yang menderita akibat kesalahan dan dosanya sendiri. Namun, tak semua yang menderita adalah akibat dosa. Realitas ini menjadi misteri. Teks Alkitab hari ini menampilkan nubuatan mengenai hamba yang menderita. Bukan karena kesalahannya, maka ia menanggung sengsara. Dikatakan bahwa penyakit dan derita kitalah yang ditanggungnya. Artinya, penyakit dan derita orang lain. Hamba ini seperti kena tulah, dipukul Allah karena sesamanya manusia. Ia menjadi korban pengganti. Nubuatan Yesaya ini digenapi oleh Yesus Kristus. Hamba yang menderita adalah Yesus, orang Nazaret, yang diurapi sebagai Mesias atau Kristus untuk menebus manusia. Ia yang tak berdosa dibuat menjadi dosa sebab hanya orang yang tidak berdosa yang dapat menebus manusia berdosa. Orang itu adalah Yesus, Hamba Allah yang setia.

2. Hidup Setia sebagai hamba Allah, Hidup setia di tengah dunia yang berdosa memang tidak mudah. Ada salib yang harus dipikul. Kesetiaan kita malah acap diganjar dengan derita sebab dunia sering kali membenci kebenaran Kristus. Dalam menjalani hidup beriman, sering sekali kesetiaan kita diuji baik dalam keadaan menderita bahkan ketika mengalami kesejahteraan dalam hidup, oleh karenanya kita harus selalu waspada ketika mengalami penderitaan tetap setia mengandalkan Allah, jangan mudah diombang-ambingkan godaan untuk mencari jalan pintas mengatasi masalah, karena masalah itu juga adalah bahagian dari sukacita, demikian juga ketika kita mengalami kesuksesan dalam kehodupan, jangan tinggi hati dan menyombongkan diri, karena akan menjatuhkan kita kepada egosentris dan tidak melihat semuanya karena anugerah Allah. Tetaplah setia sampai Akhir.

3. Senantiasa Percaya kepada Yesus Kristus. Apakah kita sudah dengan setulus hati dan segenap jiwa percaya bahwa Dia, Tuhan kita Kristus Yesus, ditikam oleh karena pemberontakan kita, lalu Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita, bahwa ganjaran yang sejatinya mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya? Apakah kita sudah percaya bahwa Dia, Yesus Kristus, Tuhan kita sudah menderita aniaya, kesakitan, penderitaan dan penyaliban, kemudian menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus salah semua orang berdosa, sesuai dengan kehendak dan rencana Allah Bapa-Nya yang sudah ditentukan dan ditetapkan-Nya sejak dari semula?. Tentu saja kita harus senantiasa percaya, perjalanan kehidupan kita tidak boleh terlepas dari pengalaman iman kita, semakin lama hendaknya kedewasaan iman kita semakin kokoh berpegang kepada Kristus. Amin.

Pdt. Togu P. Munthe

MINGGU 28 JANUARI 2024, MATIUS 12:22-30

Invocatio :

Yesus berkata kepadanya “ Ada pula tertulis : Janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu!” (Matius 4:7)

Bacaan I  :

Yesaya 52: 13-15 (Responsoria)

Tema   :

Yesus Mengalami Pencobaan dan Penderitaan

 

I. Pengantar

Setiap manusia di dunia ini tidak ada seorangpun yang mengharapkan pencobaan dan penderitaan menimpa hidupnya. Namun demikian tidak ada seorang pun juga yang dapat menghindarkan dirinya dari pencobaan dan penderitaan. Tuhan tidak pernah menjanjikan kepada manusia bahwa jika kita mengikut Dia maka hidup kita akan bebas dari pencobaan dan penderitaan. Bahkan Yesus bekata “barangsiapa mengikuti Aku, ia harus memikul salib (Mat. 16:24). Yesus telah memberikan teladan yang patut kita tiru di dalam menghadapi pencobaan dan penderitaan, Yesus tetap setia kepada Allah walau menghadapi begitu banyak pencobaan dan penderitaan dalam hidupNya di dunia ini.

Pencobaan yang dialami Yesus di padang gurun mengajarkan kepada kita bahwa kita semua dapat mengalami ujian dan pencobaan dalam hidup kita. Namun, kita harus mempercayai bahwa Tuhan akan membimbing dan memimpin kita melewati setiap ujian. Kita harus menjalani hidup kita dengan teguh dan memegang erat pada Firman Allah, serta mempercayai bahwa Tuhan akan melindungi dan memberikan keamanan bagi kita. Dan hal yang perlu kita ingat adalah jangan mencobai Tuhan Allah seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam invocation kita Matius 4:7.

II. Isi

a. Kotbah

Mukjizat penyembuhan orang buta dan bisu yang kerasukan setan mengundang dua macam respons dari dua golongan yang berbeda. Pertama, respons takjub dari orang banyak yang menyaksikan bagaimana Yesus menyembuhkan orang tersebut, sehingga muncul pernyataan bahwa sepertinya Yesus adalah Anak Daud. Pernyataan ini mengandung makna bahwa Yesus sepertinya adalah Mesias yang dinantikan. Kondisi ini mengancam kedudukan orang-orang Farisi yang secara politik dan agama berkuasa pada masa itu. Sebaliknya respons kedua datang dari orang Farisi. Oleh karena iri dan merasa terancam mereka mengatakan bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan. Orang Farisi yang seharusnya lebih tahu bahwa setan hanya dapat diusir dalam nama Tuhan, justru tidak melihatnya seperti orang banyak. Tuduhan orang-orang Farisi itu bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul tidak diucapkan langsung kepada Yesus. Tuduhan itu pastinya diucapkan dalam lingkup pendengaran orang banyak. Yesus tidak mendengar perkataan mereka, tetapi Ia membaca pikiran mereka. Yesus tahu apa yang dipikirkan orang Farisi dan segera memberikan jawaban melalui beberapa ilustrasi yang logis untuk menyatakan siapa Diri- Nya dan siapa orang Farisi. Ia memakai ilustrasi tentang kerajaan, kota, dan rumah tangga yang terpecah-pecah pasti akan hancur .

Demikian pula bila mereka mengatakan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa setan pula, berarti kerajaan setan terpecah-pecah dan akan hancur. Kemudian Yesus menanyakan apakah mereka juga ingin mengatakan bahwa pengikut mereka juga mengusir setan dengan kuasa setan? Pasti mereka akan menjawabnya tidak. Dengan demikian hanya tinggal satu kemungkinan, yakni kuasa Roh Allah, karena hanya ada dua kerajaan yakni kerajaan setan dan Kerajaan Allah. Ilustrasi kedua Yesus mejelaskan dengan perumpamaan singkat tentang rumah orang yang kuat yang sedang dijarah. Ini akan mustahil terjadi kecuali ia diikat dahulu. Orang yang kuat dalam cerita itu jelas melambangkan Iblis. Rumahnya mungkin mengacu kepada kerajaannya, yaitu, dunia yang berada di bawah kekuasaannya. Harta bendanya melambangkan orang-orang yang di dalamnya setan-setan itu menetap. Perumpamaan itu menunjukkan bahwa Yesus telah menginvasi kekuasaan Iblis dan merampok dia dengan mengambil para korbannya. Tuhan sedang mendapatkan kembali kehidupan orang-orang yang sudah dikuasai oleh para setan. Yesus memperingatkan para pendengar-Nya, "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku." Siapa yang tidak menjadi pendukung pekerjaan yang sedang Allah kerjakan, dia sedang menjadi pengacau yang akan Allah taklukkan. Siapa yang tidak mengumpulkan bersama Allah, dia sedang menceraiberaikan bersama dengan Iblis.

b. Bacaan I

Dalam nas ini diperlihatkan tentang jalan penderitaan yang harus ditanggung oleh Hamba yang diutus oleh Tuhan, hamba Allah ini harus direndahkan dan dihina sebelum ia ditinggikan dan dimuliakan. Hamba yang menderita ini adalah nubuatan yang telah digenapi oleh Yesus Kristus yang datang ke dunia ini, Dia melakukan apa yang diperintahkan oleh BapaNya sehingga dalam pelayananNya banyak orang yang menyanjungNya, tetapi setelah disanjung dan ditinggikan, hamba Tuhan itu menderita, tetapi setelah penderitaanNya Dia membuat banyak bangsa-bangsa yang tercengang, sebab apa yang tidak pernah didengar dan dilihat dapat dilakukan oleh hamba Tuhan yang menderita itu.

Dalam misi pelayanan Yesus yang datang ke dunia memperlihatkan apa yang disampaikan oleh nas ini yaitu “hambaKu akan berhasil”, kata berhasil disini adalah penuh hikmat dan bijaksana, bahwa Yesus memperlihatkan pelayanan sebagai hamba yang setia kepada apa yang disuruhkan oleh BapaNya yang di sorga dan menyatakan banyak pengajaran tentang kerajaan sorga. Hal membuat banyak orang mengikuti Yesus karena hikmatNya tentang kerajaan sorga. Tetapi di balik pelayanan Yesus yang penuh dengan hikmat yang membuat banyak orang untuk mengikutiNya, ada situasi yang tiba-tiba membuat banyak orang yang tertegun karena “begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi”. Hal ini menjelaskan betapa perihnya penderitaan yang dialami oleh hamba Tuhan yang menderita itu, sampai-sampai rupanya menjadi buruk dan tidak seperti manusia lagi. Hal inilah yang dialami oleh Tuhan Yesus dalam penderitaanNya, Dia yang diludahi, ditampar, dipukuli, dicambuk dan dimahkotai duri. Ada penghinaan yang berat bercampur dengan penyiksaan yang hebat yang sampai puncaknya ke penyaliban. Maka dapatlah kita mengerti jika dikatakan buruk rupanya dan bukan seperti manusia lagi yaitu apa yang diperbuat kepada Tuhan Yesus seperti bukan perlakuan layaknya kepada seorang manusia apalagi perlakuan yang layak bagi Dia yang datang dari sorga. Tetapi setelah penderitaan hamba Tuhan itu membuat banyak orang yang tercengang. Hal ini membuat raja-raja dan bangsa-bangsa terdiam dan tercengang, sebab tidak ada peristiwa terbesar dalam sejarah kehidupan manusia seperti yang dilakukan oleh Yesus. Bahwa Anak Allah yang kudus yang datang dari sorga harus menderita karena dosa umatNya. Hanya dengan melihat Yesus yang tersalib, kita hanya bisa terdiam,tidak perlu untuk diceritakan kita akan melihat kasih Allah terpancar dari salib Yesus. Kasih Allah yang dinyatakan dalam dunia ini melalui Yesus menjadi hamba yang menderita membawa kabar baik bagi dunia ini. Melalui kematian Tuhan Yesus apa yang belum pernah diceritakan dan didengar tentang Allah akan menjadi kabar baik bagi dunia ini.

 III. Aplikasi

  1. Orang-orang Farisi lagi-lagi membenci Yesus, mereka mencoba mencari-cari kesalahan Yesus, mereka mencari segala daya upaya untuk menjatuhkan Yesus di depan umum. Mereka yang sebenarnya orang yang dikenal sebagai pengajar-pengajar Alkitab, guru-guru agama Yahudi yang sebenarnya memiliki pemahaman yang baik tentang Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama namun sulit bagi mereka untuk mengakui bahwa Yesus adalah Mesias. Hati mereka dipenuhi oleh iri dan dengki. Orang-orang Farisi itu bahkan menuduh Tuhan Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, yaitu penghulu setan. Saat kebenaran dinyatakan, sudah semestinya kita bertobat dan tidak bersikap seperti orang Farisi. Kita diajak untuk berani melakukan introspeksi diri. Kita perlu menerima kebenaran dengan hati terbuka dan merenungkan firman-Nya atas diri kita. Dengan begitu, kita tidak membiarkan diri dibutakan oleh kemanusiaan kita, tetapi kita mau tunduk dan mengikuti kebenaran Tuhan.
  2. Kita diingatkan agar menjauhan diri dari sikap hidup orang-orang Farisi karena pohon yang baik akan dapat dilihat dari buahnya. Marilaha menghasilkan perkataan dan perbuatan yang baik. Janganlah kiranya kita berlaku saleh di dalam gereja tetapi kita berbuat salah dalam pelayanan, pekerjaan dan kehidupan kita sehari-hari.
  3. Orang Yahudi tidak tahu bahwa Sang Mesias harus menderita? Karena mereka hanya mendengar dan mengajar apa yang mereka ingin dengar. Mereka ingin kejayaan dari Sang Raja keturunan Daud. Itulah sebabnya mereka tidak melihat penggenapan janji Sang Mesias ketika melihat penderitaan Kristus. Mereka hanya melihat seseorang yang bukan seperti manusia. Seseorang hina yang gagal menjadi Mesias sesuai ekspektasi mereka. Mereka tidak tahu bahwa Yesus sedang menjadi Mesias sesuai dengan ekspektasi Allah Bapa di sorga. Demikian juga untuk zaman kita sekarang, Juru Selamat yang menderita, bahkan mati, adalah pemimpin agama yang paling tidak berkuasa. Jika Yesus benar-benar Sang Mesias, mengapa Dia harus mati? Mengapa Dia harus menderita seperti itu? Tetapi bagi orang-orang yang melihat bahwa tangan-Nya dipaku karena kasih-Nya kepada kita, penderitaan yang Dia rela jalani justru membuktikan bahwa Dialah Sang Mesias itu. Kasih-Nya diberikan kepada kita tanpa ditahan sedikit pun. Di saat semua orang lain melihat hal yang memalukan, kita melihat kemuliaan Kristus sekaligus betapa memalukannya dosa kita. Ketika semua orang melihat kelemahan, kita melihat kuasa pengampunan Allah mengalir melalui penderitaan-Nya, sekaligus melihat betapa berat akibat dosa yang telah diperbuat oleh manusia. Ketika semua orang melihat penipu yang gagal, kita melihat Juru Selamat sejati, Sang Mesias yang penuh kerelaan berkorban, rela memikul salib yang seharusnya dipakai untuk menggantung kita semua. Kita mampu melihat kemuliaan-Nya yang terpancar dari semua penderitaan-Nya. Kita mampu melihat kasih Allah dinyatakan melalui penderitaan-Nya. Inilah anugerah Tuhan, yang tanpanya kita akan menghujat dan menghina Dia, sama seperti orang-orang Farisi.

Pdt Rahel br Tarigan

Runggun Denpasar

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD