KAMIS 09 MEI 2024, KHOTBAH IBRANI 8:1-6 (PERINGATAN KENAIKAN TUHAN YESUS KE SURGA)

Invocatio :

Mrk 16:19. Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah

Ogen :

Kejadian 25 : 22 – 24 (t)

Khotbah :

Ibrani 8 : 1 – 6 (t)

Tema :

Jesus Kap Imam Si Mbelinta (Yesus Imam Besar Kita)

 

1. Sebelum Zaman Yesus, Allah dipahami sebagai sosok yang asing, jauh dan hanya dapat didekati oleh beberapa orang yaitu imam Besar/agung yang dilakukan hanya sekali dalam satu tahun pada ibadah hari penebusan dosa, dimana Allah berkenan hadir. Pada kesempatan itu pun, Imam agung tidak boleh berlama-lama, tinggal di dalam ruang Maha kudus karena dia bisa mati. Bagi orang Yahudi amatlah berbahaya untuk datang terlalu dekat pada Allah (33:20- Engkau tidak akan tahan memandang wajahKu, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup. Lht.Kej.32:20). Dalam realita manusia selalu mencari Allah, ia akan selalu gelisah sampai ia dapat beristirahat di dalam Tuhan tetapi dosanya menjadi penghalang antara dia dan Allah, sehingga manusia semakin terasing dengan Allah. Untuk memungkinkan pendekatan dengan Allah dibutuhkan ketaatan kepada hukum Allah, tapi manusia juga sering lalai dengan hukum Allah, maka untuk itu diperlukan imam (pontifex. latin) yang artinya seorang pembuat jembatan, seorang imam, adalah seorang yang membuat jembatan antara manusia dengan Allah dengan memakai sistem korban. Dalam kenyataannya tidak semua usaha oleh imam dan semua korban dapat memperbaiki hubungan dengan Allah.

2. Penulis Ibrani berpendapat bahwa yang diperlukan sekarang adalah imam yang baru yang lain dari imam yang dahulu dan korban yang baru yang berbeda dengan korban-korban terdahulu. Denga kata lain yang diperlukan manusia adalah seorang imam yang sempurna dan sebuah korban yang sempurna.

3. Penulis Ibrani berpendapat, Yesus kristuslah satu-satunya, Imam Besar yang dapat membuka jalan, dan sekaligus sebagai korban yang sempurna. Yesus naik ke sorga seturut dengan penuturaan surat ibrani pasal 8:4 menjadikan Dia menjadi Imam (Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat.)

4. Kita mempunyai Imam Besar

Sebutan Imam Besar archiereus, (Yun) ha-kohen ha-gadol (ibr), dalam bahasa Aram kahana rabba, dimulai dari Harun saudara Musa, harun adalah Imam Besar yang pertama yang tugasnya adalah:

  • Menanyakan kehendak Allah melalui urim dan Tumim
  • Sebagai mediator/pengantara anatara Allah dan umat Israel
  • Mempersembahkan korban penghapus dosa dan penghapus salah

Imam Besar yang dimaksudkan penulis Ibrani adalah Imam Besar yang berbeda dengan Imam Besar terdahulu:

  • Yesus adalah Imam Besar yang imamatnya tidak tergantung keturunan
  • Yesus Adalah Imam Besar, yang hidup selama-lamanya
  • Yesus adalah Imam Besar, yang tidak memerlukan persembahan korban untuk dosanya sendiri
  • Yesus adalah Imam besar yang telah mengorbankan diriNya sebagai persembahan korban yang sempurna sekali untuk selama-lamanya.
  • Yesus adalah Imam Besar, yang duduk di sebelah Kanan takhta Yang Mahabesar di sorga,
  • Yesus adalah Imam Besar, yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. 

Imamat seperti inilah yang di miliki oleh Yesus sang Imam Besar kita, Yesus dapat melakukan hal yang tidak dapat dilakukan dan tidak pernah dapat dilakukan oleh imamat yang lama, Yesus dapat membawa kita datang kepada Allah (yoh 14:2 “….. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu 14:3 “…. Dan membawa kamu ke tempatKu supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada”) Yesus sebagai Imam Besar kita adalah sebuah kebenaran agung yang mendewasakan kita di dalam iman dan menarik kita lebih intim lagi kepada Dia. Ketika kita melihat keagungan-Nya dalam jabatan itu, kita akan menjadi lebih kuat berpegang kepada iman kita.

5. Duduk di sebelah Kanan Tahta yang Maha Besar

Kata "kanan" (Ibrani: יָמִין - YAMIN ;Yunani δεξια dexios) dalam penghayatan Yahudi dipakai dalam mengungkapkan kebaikan, kekuatan atau kemuliaan, Kata "kanan" sering digunakan oleh orang-orang Yahudi sebagai simbol kekuasaan/ kekuatan. Maka "Duduk di sebelah kanan" adalah lambang dari kekuasaan Yesus sebagai pemegang otoritas keallahan sejati. Dan ini adalah bukti dari kemuliaan Yesus, tidak ada kemuliaan yang lebih besar dari pada Yesus yang telah naik ke Surga dan dimuliakan.

Hal ini memberi pengertian kepada kita, hal yang paling tinggi yang dapat diberikan oleh dunia, masih mengandung ketidaksempurnaan/tidak pernah mencapai apa yang seharusnya, dalam Yesus ada kesempurnaan/surga. Hanya Yesus yang dapat meminpin kita masuk ke dalam kenyataan yang sepenuhnya memuaskan.

6. Melayani (λειτουργος  leitourgos) ibadah di tempat kudus

Imam Besar terdahulu melayani di kemah yang didirikan oleh manusia, dan pelayanan imam duniawi itu hanyalah gambaran dan bayangan kabur dari pelayanan nyata surgawi yang tidak dapat menuntun manusia masuk dalam kenyataan sejati (Allah), pelayanan Yesus di tempat kudus lah yang mampu menuntun kita masuk kedalam kenyataan sejati (Allah).

7. Ia menjadi Pengantara (μεσιτης mesites)

Kata mesites beasal dari kata mesos yang artinya di tengah-tengah. Seorang mesites adalah seorang yang berdiri di tengah-tengah, di antara dua orang, dan membuat mereka berdua dapat bertemu. Yesus adalah mesites kita yang sempurna Ia berdiri diantara kita dan Allah, membuka jalan untuk perdamaian. Dengan kata lain, Yesus adalah satu-satunya orang yang dapat membawa kita kepada hidup yang sejati.

8. Dalam kita merayakan kenaikan Yesus ke surga menyatakan kepada kita bahwa Yesus sebagai imam besar sangat vital dalam menentukan karya keselamatan. ditengah pergumulan, persoalan, beban dan kelemahan manusiawi, Yesus selaku Imam Besar, yang berempati, peduli menjadi pengantara kita. Dia lah Imam Besar yang mampu menyelamatkan setiap orang percaya dengan sempurna.

Kita boleh menelisik hidup Henohk, yang "bergaul dengan Allah" hidup dengan iman kepada Allah, mempercayai firman dan janji-janji-Nya sungguh-sungguh berusaha hidup saleh dan mengikuti cara-cara Allah dan dengan teguh menentang ketidaksalehan, mengecam dosa dan gaya hidup tidak benar dari mengecam perilaku amoral, angkatannya.  dengan mengingatkan orang akan datangnya hukuman Allah atas perbuatan-perbuatan yang tidak benar.

Orang percaya masa kini harus merenungkan hidup Henokh sebagai teladan, karena kita juga hidup di tengah-tengah angkatan yang jahat dan tidak saleh. Sudahkah kita bergaul dengan Allah, hidup sungguh-sungguh kudus, mengecam dosa dan mengingatkan orang untuk melarikan diri dari murka yang akan datang?

(di sadur dari berbagai Sumber)

Selamat merayakan kenaikan Yesus ke Surga.

Pdt. Maslan Sitepu, M.Th-Runggun Bandung Barat