Khotbah Minggu 05 Pebruari 2017

Khotbah Minggu 05 Pebruari 2017

(Ephipanias V)

Invocatio   :“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5)

Bacaan     : Mazmur 112 : 1 - 10

Khotbah    : 1 Korintus 2 : 6 - 16

Thema      :  Hidup berlandaskan Pikiran Kristus (Nggeluh Ibas Perukuren Kristus)

 

I.     Pendahuluan

Pemberita Injil adalah pengantar surat “cinta kasih Tuhan” kepada kita. Tetapi bisa terjadi dan biasa terjadi, “orang jatuh cinta kepada pengantar surat”. Berarti cinta kasih Tuhan tak sampai kepada kita, kita tersandung kepada si pengantar surat. Sehingga tujuan Injil belum tercapai sebab anda belum merasakan dan merespon kasih Allah. Dalam kasus ini, banyak “pengantar surat” yang merasa bersyukur dan bersukacita karena jemaat menyanjung dirinya. Tetapi Paulus tidak mengharapkan hal ini terjadi, sebab tujuannya untuk membawa atau menghantarkan kasih Allah.

Paulus memiliki pikiran Kristus atau yang lebih tepat “Pikiran Kristus” telah menguasai dirinya, sehingga ia memberitakan Injil Yesus Kristus dengan tekun. Paulus menyatakan “Kristus yang hidup di dalam aku … hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Bd. Gal.2:20). Hidup bagi Paulus, bukan terutama apa yang dia perbuat tetapi yang telah diperbuat Tuhan Yesus bagi dirinya. Ia selalu memberitakan Yesus Kristus, bukan tentang dirinya sendiri. Ia selalu berdiri dibalik salib Yesus Kristus dengan prinsip ‘tidak apa-apa asalkan Kristus dimuliakan’.

Injil adalah kuasa Allah bagi keselamatan orang-orang percaya. Tidak ada kabar yang lebih baik dari pada Kristus telah datang untuk menyelamatkan kita (kelahiran, kematian dan kebangkitan-Nya untuk menyelamatkan kita). Kabar baik yang tidak dapat dipahami tidak dapat disebut berita, apalagi berita yang baik. Bagi orang yang menolak Yesus Kristus, Injil bukan kabar baik, malah menjadi kabar buruk bagi mereka (sebab orang menolak Yesus Kristus menerima hukuman kekal). Sedangkan orang yang menerima Yesus Kristus beroleh hidup kekal. Kita percaya karena kasih karunia Allah memampukan kita untuk percaya. Efesus 2:8-9 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”. Karena itu, orang yang percaya kepada Yesus Kristus bukan membuat kita tinggi hati, tetapi sebaliknya merendahkan hati.

 

II.   Pendalaman Nats

Paulus menyatakan bahwa “kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang”, kata “matang” menjadi sebuah pertanyaan, siapakah yang telah matang dan layak menerima Injil? Bahwa pemberitaan injil bukan berdasarkan pengetahuan saja, sehingga pemikir-pemikir hebat saja yang sanggup menerimanya. Injil sangat sederhana sehingga anak kecil pun dapat mengerti, kemudian percaya dan diselamatkan. Tetapi Injil juga sangat mendalam sehingga seorang teolog yang paling pandai pun tidak dapat mengukur kedalamannya. Pada kenyataannya, orang-orang yang menolak Injil Yesus Kristus adalah orang-orang berpengetahuan tinggi secara teologis dan filosofis (walau bukan seluruhnya), kebanyakan yang menerima Injil adalah orang-orang biasa. Berarti kemampuan menerima Injil bukan berdasarkan kemampuan berpikir (kognitif). Kemampuan untuk percaya datangnya dari Tuhan sendiri, bahwa Allah yang mengaruniakan Iman percaya kepada Kristus. Bahwa Roh Kudus terlebih dahulu atau bersama-sama dengan Firman yang diberitakan sehingga orang yang menerimanya menyambutnya sehingga Injil itu menyelamatkannya.

Injil adalah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia bagi penguasa-penguasa dunia ini, termasuk tersembunyi bagi iblis. Iblis dan penguasa-penguasa dunia mengira bahwa Golgota merupakan kekalahan Allah yang besar. Tetapi ternyata salib merupakan kemenangan Allah terbesar dan kekalahan iblis dan penguasa dunia ini (Bd. Kol. 2:15). Karena mereka tidak tahu bahwa rancangan kematian Yesus Kristus diatas salib adalah untuk menebus dosa-dosa manusia. Allah membuat rencana, melaksanakan dan  memeliharanya sampai berhasil. Kis. 2:22-23 “Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”. Bahwa Yesus diserahkan atau menyerahkan diri-Nya untuk disalibkan, dengan kerelaan hati-Nya memenuhi kehendak Bapa-Nya. Sehingga tanpa mereka sadari, bahwa orang-orang yang menyalibkan Yesus, telah dipakai oleh Allah untuk memenuhi maksud dan rencana-Nya. Bukan mereka yang berkuasa menentukan kematian Yesus Kristus, Yesus dikorbankan pada saat yang ditentukan Allah sendiri.

Sungguh indah Injil Yesus Kristus, setiap hati orang percaya mengaguminya. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Bahwa Allah Bapa telah mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal untuk menebus dosa-dosa kita. Dapatkah kita meragukan dan menyangkal kebesaran kasih Allah bagi kita? Kita seharusnya tidak pernah “berpaling dari salib Yesus Kristus” karena pada salib inilah penentuan seluruh hidup kita. Yesus Kristus telah menyelesaikan rencana keselamatan, jalan ke rumah Bapa telah terbuka dan masa depan kita telah dijamin di dalam Yesus Kristus, tidak peduli apa pun yang menerpa kehidupan kita. Rencana Allah bagi orang-orang yang menjadi milik-Nya begitu indah sehingga tidak mungkin dapat dipikirkan atau dimengerti seluruhnya!

Yang perlu kita mengerti bahwa kita diselamatkan oleh karena kasih karunia Allah yang telah memilih kita, hanya karena pengorbanan Anak Allah yang penuh kasih dan oleh pelayanan Roh Kudus yang mengajar dan meyakinkan kita akan kebenaran (pengorbanan Yesus Kristus). Tanpa kehadiran dan pekerjaan Roh Kudus di dalam hati kita maka kita tidak akan tahu kasih karunia Allah. Roh Kudus yang memampukan kita untuk menyambut karunia keselamatan. Disinilah peran Roh Kudus yang sangat besar bagi kita untuk membuka pengertian kita. Seperti halnya orang tidak dapat mengetahui apa yang ada di dalam pikiran orang lain sampai orang tersebut menyampaikan dan menyingkapkan pemikirannya, begitu pula kita tidak dapat mengetahui segala rancangan dan tujuan Allah yang tersembunyi sampai Allah menyampaikan kepada kita melalui Roh Kudus-Nya. Kita tidak dapat mengetahui atau percaya bahwa Injil dapat menyelamatkan kita, sampai Dia menerangi akal budi dan batin kita, membuka mata pikiran kita, dan memberi kita pengetahuan serta iman kepada pemberitaan Injil itu.

Di sini dibedakan antara orang yang sudah diselamatkan (disebut “rohani” karena ia didiami oleh Roh Kudus) dan orang-orang yang belum diselamatkan ( disebut “duniawi” karena ia tidak didiami oleh Roh Kudus). Orang yang belum selamat tidak dapat menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena ia tidak mempercayainya dan tidak dapat memahaminya. Pikiran manusia menolaknya. Kebenaran Allah merupakan kebodohan bagi pikiran mereka. Manusia memandangnya sebagai hal-hal yang tidak penting dan tidak masuk akal, yang tidak layak dipikirkan.

Orang Kristen bertumbuh dalam ketajaman rohaninya dan mengembangkan kemampuannya (dengan pertolongan Roh Kudus) untuk memahami lebih dalam kehendak dan pikiran Allah. “Memiliki pikiran Kristus” bukan berarti bahwa kita sudah sempurna dan mendapatkan derajat (level rohani) yang lebih tinggi dari orang lain. “Memiliki pikiran Kristus” berarti melihat kehidupan dari sudut pandang Sang Juruselamat, memiliki nilai-nilai dan keinginan-keinginan untuk memuliakan-Nya. Dengan demikian kita berpikir menurut pikiran Allah dan bukan menurut pikiran dunia.

 

III.  Pointer Aplikasi

Dalam bacaan kita dari Mazmur 112 “Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya”, kita melihat hanya dengan sebelah mata, yang kita lihat “berbahagialah” tetapi “suka kepada segala perintah-Nya” kita abaikan. Atau kita menyukai “Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya”. Sedangkan Firman Tuhan yang menyatakan “Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya … Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin” kurang disukai. Menerima berkat “it’s oke” (baik-baik saja), membagi berkat “wait a minute” (tunggu dulu). Seorang yang menyatakan dirinya Kristen dapat memiliki banyak kata-kata yang tepat namun tidak memiliki buah rohani (mengabaikan pikiran Kristus). Masih terutama mencari yang menyenangkan bagi dirinya sendiri, bukan untuk menyenangkan Allah melalui hidupnya. Perlu kita renungkan yang lebih menyenangkan bagi kita, memperoleh banyak berkat atau menabur kebaikan Allah? Hidup bukan saja untuk menerima tetapi membagikan. Dan yang paling penting untuk dibagikan adalah kabar baik, berita keselamatan di dalam Yesus Kristus.

Para Rasul telah menerima hikmat yang mereka ajarkan itu bukan dari orang-orang berhikmat di dunia ini, melainkan dari Roh Allah. Dan para rasul diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk memberitahukan pikiran Allah kepada kita. Jikalau Yesus datang ke dunia dengan kuasa yang dahsyat, mungkin semua orang akan terpaksa “percaya” karena ketakutan yang luar biasa. Lalu Yesus datang dengan menyembunyikan kemuliaan-Nya dan mengedepankan kerendahan hati-Nya, kenapa? Karena tidak setiap orang berhak menerima keselamatan yang sangat berharga ini. Harta yang berharga dibungkus dengan kerendahan hati. Kenapa orang-orang dari bank membungkus uang yang banyak dengan kertas Koran? Untuk menghindari perampokan di tengah jalan, sehingga uangnya tidak sampai ke tujuan dan dikuasai oleh orang jahat. Tuhan juga membungkus rahasianya dengan kerendahan sehingga tidak dapat direbut oleh si jahat.

Ada orang yang memandang Yesus dari penampilan-Nya tetapi tidak melihat isi hati-Nya. Kita beruntung karena Roh Kudus menyingkapkan yang terselubung, mengarahkan kita kepada isi hati Yesus Kristus yang agung dan mulia. Perhatikan, sungguh merupakan keistimewaan bagi orang Kristen bahwa pikiran Kristus disingkapkan oleh Roh Kudus kepada kita. Pikiran itu disingkapkan sehingga kita percaya dan diselamatkan. Sehingga hidup orang Kristen dimulai dengan percaya kepada Yesus Kristus dan dipimpin dalam iman kepada Yesus Kristus sehingga "Orang benar akan hidup oleh iman” (Roma 1:17).

Percaya dan diselamatkan harus diselaraskan dengan hidup yang berpadanan dengan Injil Kristus. Filipi 1:27 “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil”. Berjuang untuk iman atau berjuang mati-matian untuk dunia ini?

 

Pdt. Sura Purba Saputra, M.Th

GBKP Harapan Indah