MINGGU 21 OKTOBER 2018, KHOTBAH MATIUS 10:16-20

Invocatio :

"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:19-20)

Bacaan :

Yosua 1:1-9 (Tunggal)

Tema :

Beritakanlah ! Jangan kuatir (Beritakenlah ! Ola aru atendu)


a. Pendahuluan
Minggu Zending mengingatkan kita bahwa memberitakan Kabar Baik harus tetap kita lakukan sebagai orang percaya, karena itu adalah perintah Tuhan Yesus kepada kita. Sejarah Minggu Zending berasal “Zending Karo” dimulai Tgl. 26 Juli 1926 dimasa Pdt. J. van Muylwijk. Zending Karo merupakan Gerakan Pekabaran Injil yang dilakukan Kristen Karo kepada masyarakat Karo. Semangat Zending Karo melahirkan Asrama wanita di Kabanjahe pada saat itu, dimana banyak wanita yang sekolah berasal dari kampung , begitu juga pembangunan Gereja yang pertama di Kabanjahe (27 Maret 1927). Setelah itu Minggu Zending ditetapkan sebagai gerakan misioner warga gereja kepada masyarakat sekitarnya khususnya orang Karo dan upaya kemandirian GBKP dimulai pada Tgl. 23 Juli 1941, dan itu terus dilakukan (Maranatha Edisi 295, Pdt. E.P. Gintings).

b. Isi/penjelasan
Renungan kita mengingatkan kita akan kasih Tuhan yang memperlengkapi murid – muridNya dengan hikmat yang besar dalam meneruskan memberitakan Kabar Baik. Karena memang memberitakan Kabar Baik selalu ada tantangan dalam melaksanakannya. Oleh karena itu, ketika Tuhan mengutus kita sebagai anakNya maka Tuhan Allah itu sendirilah yang memperlengkapi kita melakukan kehendakNya dengan menjadikan kita sebagai anakNya bukan lagi hamba (band. Galatia 4:7). Yesus mengumpamakan ibarat domba ke tengah – tengah serigala. Hendaklah cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Kecerdikan ular bukan dilihat dari sisi negatifnya, tetapi kecerdikan yang memampukan murid – muridNya untuk menaklukan kelicikan maupun strategi orang – orang Yahudi yang berusaha menghambat pelayanannya untuk melakukan kehendakNya dengan mempergunakan segala yang dimiliki/talenta murid - muridNya. Merpati, melambangkan sisi ketulusan juga kelembutan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi murid – muridNya ketika melakukan pekerjaanNya. Artinya bahwa kecerdikan yang diberikan haruslah dirangkai dengan ketulusan. Ketulusan dihubungkan dengan pengakuan yang berhubungan juga dengan menempatkan posisi Tuhan menjadi yang utama. Murid - murid harus cerdik, bijaksana, awas diri seperti ular, mencari cara yang terbaik dengan kemampuan yang ada pada kita, agar dapat diterima dengan baik dan memiliki hati yang bersih tulus memohon hikmat Tuhan dengan bergantung pada Tuhan.

Invocatio : "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:19-20). Bagian dari tugas yang harus dilakukan oleh murid – murid Yesus, yaitu mengajar tentang kepatuhan, seperti Yesus yang telah meneladankan kepatuhanNya kepada BapaNya. Kuasa dan janji Tuhan memampukan Gereja untuk melakukan tugasnya dalam rangka memberitakan Kabar Baik dan menjadikan semua bangsa menjadi muridNya. Selanjutnya babtisan dilakukan dalam nama Tritunggal.

Bacaan, Yosua 1 : 1 - 9, rencana Tuhan mengeluarkan umat-Nya dari Mesir menuju Kanaan, berada dalam hak penuh Tuhan. Janji Tuhan kepada Abraham, Ishak dan Yakub tetap tidak berubah. Walaupun Musa sudah mati tetapi rencana Tuhan membebaskan bangsaNya dari Mesir menuju tanah Kanaan Tuhan nyatakan. Yosua sebagai pengganti Musa, harus percaya dan menyakini tentang penyertaan Tuhan, Yosua tidak akan terkalahkan dalam menjalankan tugas pelayanan buat Tuhan, selama mereka menghormati kekudusan Tuhan, maka penyertaan Tuhan tetap berada di pihak mereka.

c. Aplikasi
Minggu Zending ini mengingatkan dan mengajak kita untuk mau dan meneruskan“ tongkat estafet “ Zending karo sebagai gerakan Pekabaran Injil di masa kini. Terlebih seiring zaman semakin maju, tindak kejahatan dan penyakit sosial pun semakin banyak. Begitu juga persoalan dan tantangan yang datang menghambat. Dan bukan kebetulan kita menjadi anak Tuhan, ketika kita mengatakan sebagai anak Tuhan maka nyata rencana Tuhan bagi kita anakNya yaitu melakukan apa yang diperintahkanNya. Jadi bukan hanya tugas Pendeta, Penatua, Diaken dan para pengurus Gereja lainnya.

Memberitakan Kabar Baik bukan hanya dilingkungan Gereja, tapi dalam setiap dampar kehidupan kita. Apapun profesi kita, talenta dan situasi juga tempat umpamanya, melalui nyanyian pujian kita, lukisan, tarian, buku, keteladanan, khotbah, berbudaya dan sebagainya. Bukan hanya bersifat verbal tetapi juga non verbal, bahkan ini lebih menyentuh dari pada melalui kata – kata namun belum tentu kita dapat melakukannya. Umpamanya, kejujuran seseorang di lingkungan korupsi merupakan kesaksian yang luar biasa dari pada ceramah khotbah muluk tentang kejujuran tapi kenyataan ikut melakukan ketidakjujuran. Kita memberitakan Kabar Baik dengan menjadi teladan dari diri kita sendiri terlebih dahulu, walaupun resikonya banyak orang menjauhi dan memusuhi kita, tetapi Tuhan memberikan kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksiKU di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung Bumi (Kis.Para Rasul 1:8).

Prinsip anak Tuhan, tetap menjadi jati diri sebagai anak Tuhan yang mampu merangkaikan kecerdikan dan ketulusan dalam setiap dampar aktifitas kehidupannya, sehingga pemberitaan Kabar Baik dapat diterima orang lain sebagai “pesan “Tuhan bagi orang yang melihat, mendengar dan menerimanya. Amin, Tuhan memberkati


Pdt Nur Elly Tarigan
GBKP Runggun Karawang