Khotbah Minggu 09 Juli 2017

KHOTBAH MINGGU 09 JULI 2017 (MINGGU IV SETELAH TRINITATIS/MINGGU PENDIDIKAN) Invocatio : Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya (Amsal 13:24). Bacaan : Amsal 15:10-14 (Responsoria) Kotbah : Ibrani 12:5-8 (Tunggal) Tema : Ajarlah Anak-Anak Dengan Disiplin I. Pengantar Orang tua yang sungguh-sungguh mengasihi anak-anaknya akan memberikan pendidikan melalui keteladanan hidup kepada anaknya. Teladan yang yang jelas tentang bagaimana seorang harus hidup. Anthony de Mello dalam bukunya Doa Sang Katak 2 Meditasi dengan Cerita menuliskan suatu cerita tentang betapa pentingnya pendidikan melalui teladan orang tua dan juga orang yang ada disekeliling kepada anak. Sedemikian ceritanya. Ada tiga orang anak yang dituduh telah mencuri buah semangka dan dibawa ke pengadilan. Mereka menghadap hakim dengan perasaan takut. Mereka berpikir akan menerima hukuman berat karena hakim itu dikenal sebagai orang yang sangat keras. Hakim itu juga seorang pendidik yang bijaksana. Dengan satu ketokan palu ia berkata, “Kalau di sini ada orang yang ketika masih anak-anak belum pernah mencuri buah semangka, silahkan tunjuk jari.” Ia menunggu. Para pegawai pengadilan, polisi, pengunjung dan hakim sendiri tetap meletakkan tangan mereka di meja mereka. Ketika sudah puas melihat bahwa tidak ada satu jaripun yang diangkat dalam sidang itu, hakim itu berkata, “Perkara ditolak”. Cerita ini memperlihatkan kepada kita bahwa betapa pentingnya keteladanan hidup dalam memberikan pendidikan kepada anak. Melalui bahan kotbah hari ini, kita akan melihat bagaimana kita diberikan pengajaran untuk mengajar anak-anak untuk berdisiplin. II. Pembahasan Nats Bahan kotbah dari Ibrani 12:5-8, dapat kita lihat bahwa di sini penulis surat Ibrani memberikan suatu penjelasan tentang mengapa orang harus menanggung kesusahan yang melanda hidupnya dengan sukacita. Mengapa demikian? Karena sesuatu yang harus mereka tanggung itu hanya kecil saja jika dibandingkan dengan apa yang telah ditanggung oleh Yesus Kristus. Mereka harus menanggung kesusahan, karena kesusahan itu adalah pelajaran disiplin dari Allah dan hidup tanpa disiplin tidak punya nilai sedikitpun. Seorang ayah akan menghajar anaknya. Sama seperti yang disampaikan dalam invocatio: “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya (Amsal 13:24)”. Adalah bukan suatu tanda kasih untuk membiarkan anak berbuat sekehendaknya, dan menganggap enteng semuanya. Sikap seperti itu akan menunjukkan bahwa sang ayah memandang anaknya sebagai anak yang tidak perlu dikasihi atau dipertanggungjawabkan. Tetapi Allah, yang memberikan hajaran kepada kita manusia adalah Allah yang dari padanya kita menerima jiwa yang kekal, dan yang dalam kebijaksanaanNya selalu mengusahakan yang terbaik untuk kita. Tuhan mendisiplinkan kita karena IA mengasihi kita. Dengan mendisiplinkan kita, IA menegaskan lagi bahwa kita adalah bagian dari keluargaNya, kita adalah anak Allah. Ketika kita mendisiplinkan anak-anak, kita sedang mengisyaratkan bahwa kita mengasihi mereka. Berdasarkan surat Ibrani 12:5-8, marilah memperhatikan beberapa hal tentang didikan Tuhan atas orang-orang percaya dan kesukaran serta penderitaan yang diizinkanNya terjadi dalam kehidupan. Mari kita menilik beberapa hal berikut tentang didikan Tuhan : 1. Semuanya itu merupakan tanda bahwa kita adalah anak Allah (ayat 7-8) 2. Semuanya itu merupakan jaminan kasih dan perhatian Allah kepada kita (ayat 6) 3. Didikan Tuhan akan mendorong kita untuk tetap dapat bertahan dalam kesukaran dengan pimpinan Allah, tunduk kepada kehendak Allah dan tetap setia kepadaNya (ayat 5-6). Dengan melakukan hal ini, kita akan tetap hidup sebagai anak-anak rohani Allah (ayat 7-9). 4. Dalam kehendak Allah, kesulitan mungkin tiba bagi kita : Sebagai akibat perjuangan rohani untuk melawan iblis (Efesus 6:11-18) Sebagai ujian untuk memperkuat iman kita (1 Petrus 1:6-7). Sebagai persiapan untuk menghibur saudara seiman yang lain (2 Korintus 1:3- dan menyatakan kehidupan Kristus (2 Korintus 4:8-10,12,16). 5. Di dalam segala bentuk kesengsaraan kita harus mencari Allah, memeriksa kehidupan kita (2 Tawarikh 26:5; Masmur 3:5; 9:13; 34:18) dan meninggalkan segala sesuatu yang bertentangan dengan kekudusanNya (ayat 10, 14) Penjelasan di atas memperlihatkan betapa pentingnya didikan yang disampaikan oleh Tuhan kepada kita sebagai seorang yang percaya kepadaNya. Dia adalah Bapa kita yang penuh dengan hikmat dalam memberikan didikan untuk mendisiplinkan kita agar tetap setia serta mengandalkanNya dalam langkah kehidupan setiap hari. III. Aplikasi Jikalau Allah yang sedemikian mengasihi kita setiap orang yang percaya kepadaNya memberikan didikan yang sangat berguna dalam kehidupan kita, bagaimanakah kita selaku orang tua dalam mendidik anak-anak kita agar menjadi seorang yang disiplin? Salah satu pemberian terbesar yang dapat diberikan oleh orangtua kepada anaknya adalah disiplin. Tentu saja hal ini dimulai dari orang tua sendiri yang juga harus disiplin dalam memberikan pengajaran kepada anak. Keluarga menjadi kelas katekisasi. Anak-anak belajar katekisasi di rumah mereka. Gurunya adalah ayah dan ibu mereka sendiri. Kehidupan keluarga sehari-hari dijadikan kelas katekisai. Dengan demikian, ayah dan ibu memiliki peranan penting dalam pendidikan iman. Ayah dan ibu menjadi “guru dan pendeta” bagi anak-anaknya. Dalam kelas ini anak-anak dapat diajarkan tentang iman kepada Tuhan (Ulangan 6:4-9) sehingga anak-anak tumbuh dalam disiplin baik moral dan juga spiritual. Selain keluarga sebagai kelas katekisasi, keluarga dapat juga disebut sebagai Universitas, yaitu universitas keluarga sebagai tempat mendidik anggota keluarga setiap hari. Sedangkan dalam metode pendidikan yang akan diterapkan, sesungguhnya tidak ada satu metode yang khusus, yang dapat diteraplkan kepada anak-anak. Mengapa? Karena setiap anak memiliki keunikan masing-masing. Itulah sebabnya, metode tertentu mungkin tepat bagi anak tertentu, tetapi tidak tepat dan mengakibatkan kegagalan bagi anak lainnya. Mari kita perhatikan beberapa hal berikut yang penting bagi kita untuk berdisiplin dalam memberikan pengajaran kepada anak-anak kita : 1. Tanggung jawab utama ada pada kedua orang tua. Yang lain hanya membantu, pelengkap. 2. Keteladanan: Like father, like son. 3. Didik dalam kasih dan ajaran Tuhan (Ef.6:4) 4. Nyatakan penerimaan kepada anak, begaimana pun kondisinya 5. Namun demikian, harus tetap tegas dalam pengajaran dan mendisiplin (band: 1Sam.2:11-26, kisah anak-anak Eli) 6. Miliki ketekunan dan disiplin; bukan instant (bd. Ul.6:6-9). 7. Harus konsisten, baik dalam ajaran, maupun perilaku. 8. Gunakan setiap kesempatan (Ul.6:6-9) 9. Bila perlu, gunakan hukuman: Ams:13:4; 15:10; 22:15; 23:13-14; 29:15. 10. Jadilah guru 11. Miliki kedekatan dengan anak: jadilah teman bermain mereka. Cari dan ciptakan sebanyak mungkin jenis permainan yang membuat kita menjadi salah seorang ‘teman’ bermain mereka. 12. Sediakan waktu secukupnya bersama anak-anak. Tidak cukup hanya kwalitas, tapi juga kwantitas. Ingat: kasih menuntut waktu dan pengorbanan. Dan lagi, sesuatu yang sangat penting dan berharga bagi kita dapat diukur dari segi penggunaan waktu kita. Apakah anak-anak, keluarga penting bagi kita? Apakah hal itu terlihat dari waktu dan prioritas yang kita gunakan ? SELAMAT MENDIDIK ANAK-ANAK DENGAN DISIPLIN Pdt. Crismori Veronika br Ginting GBKP Yogyakarta