Khotbah Minggu 14 Mei 2017

BIMBINGAN KHOTBAH

TANGGAL 14 MEI 2017

(MINGGU KANTATE)

 

Invocatio    : “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai segenap bumi!” (Mazmur 96:1)

Bacaan       : Mazmur 22:23-32

Khotbah      : I Petrus 2:4-10

Tema          : “Tuhan Memberi Kemenangan, Pujilah Dia!”

 

I.      PENDAHULUAN

Saat ini sedang digalakkan pemanfaatan ulang barang-barang bekas. Sampah bisa menjadi berkah. Barang-barang buangan bisa di daur ulang dan menjadi pajangan mahal yang dicari banyak orang. Apa yang dianggap tidak berharga oleh banyak orang ternyata mampu menjadi barang berharga yang menawan hati dan bernilai tinggi.

Kitab I Petrus menggambarkan Tuhan Yesus dengan metafora batu. Tuhan Yesus adalah batu yang hidup, yang dipilih Allah dengan hormat. Demikian pula para pengikut Kristus, kita semua adalah batu hidup yang menjadi bagian dari pembangunan rumah rohani. Batu-batu yang dipilih oleh Allah terangkai satu dengan yang lain menjadi suatu imamat kudus yang saling melengkapi. Batu-batu itu dulunya dibuang dan tidak lagi diperhitungkan, tapi oleh karena kasih-Nya kita dijadikan sebuah “batu yang berharga”, untuk itu patut kita memuji Dia yang telah “mendaur ulang” dan memberikan kemenangan kepada kita melalui kematianNya di kayu salib.

 

II.    PENDALAMAN NAS

Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat yang dituliskan oleh Rasul Petrus, yang ditulis dengan bantuan Silas sebagai juru tulisnya (1 Pet. 5:12). Petrus mengalamatkan surat ini kepada “orang-orang pendatang yang tersebar (diaspora)” di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1:1). Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita.

Ayat 4-5, batu hidup, batu penjuru yang diungkapkan Petrus hendak menegaskan apa yang telah mereka mengerti dalam Perjanjian Lama. Dalam Mazmur 118:22 dikatakan, “batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru” (bnd. Yes. 28:16 “sebab itu beginilah firman Tuhan Allah: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagi dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: siapa yang percaya, tidak akan gelisah!”). Bahwa batu penjuru itu adalah Kristus Yesus, namun Ia telah menjadi batu penjuru yang tidak memiliki arti sebab dibuang di hadapan manusia umat pilihanNya (bnd. Kis. 4:11).

Ayat 6-8, Petrus kembali mengingatkan maksud batu penjuru (Yes. 28:16) sebagai fungsi dasar dari bangunan yang kokoh (bnd. 1 Kor. 3:11). Petrus juga ingin mempertegas bahwa orang yang mempercayai Kristus Yesus adalah batu yang mahal karena dengan menjadi orang percaya pada Kristus berarti memberi diri menjadi batu hidup yang dipergunakan oleh Allah untuk dipakai dalam membangun rumah rohani atau menjadi bait Allah masa kini. Dengan kata lain, bersedia untuk ditata dan dibangun di atas dasar batu penjuru yakni Kristus yang memberi kehidupan kekal.

Ayat 9-10, setiap orang percaya adalah yang terpilih menjadi susunan batu yang fondasinya adalah Kristus Yesus. Menjadi batu yang berharga dan mahal “bangsa yang terpilih” dinyatakan juga imamat yang rajani berarti bahwa setiap orang Kristen mempunyai hak masuk kepada Allah, pada kemuliaan Allah, bnd. Wahyu 3:21 “barang siapa menang ia akan kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhtaKu, sebgimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan BapaKu di atas takhtaNya”. Bandingkan juga dengan Wahyu 5:10 yang berkata, “dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi”. ‘Bangsa yang kudus’ setiap orang yang percaya adalah special, sebab walaupun berada dalam kehidupan dunia tetapi tidak hidup dalam tata cara duniawi, melainkan yang dikuduskan, “kepunyaan Allah sendiri”. Sebutan terhormat ini dulunya diberikan kepada bangsa Israel. Dalam Keluaran 19:6 dikatakan, “Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kau katakan kepada orang Israel” sementara dalam Ulangan 7:6-7 dikatakan “sebab engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu, engkaulah yang dipilih oleh Tuhan, Allahmu, dari segala bangsa ynag di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangaNya. Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati Tuhan terpikat olehmu dan memilih kamu, bukankah kam ini yang paling kecil dari segala bangsa?”. Akan tetapi sebutan itu telah digantikan kedudukannya oleh gereja “orang percaya”.

 

Imamat Kudus, dalam Perjanjian Lama keimaman terbatas pada suatu golongan minoritas tertentu. Kegiatan mereka yang khusus ialah mempersembahkan kurban kepada Allah, mewakili umayNya dan berbicara langsung dengan Allah (Kel. 28:1; 2 Taw. 29:11). Kini melalui Yesus Kristus, setiap orang Kristen sudah menjadi imam di hadapan Allah (Why. 1:6; 5:10; 20:6). Keimaman semua orang percaya berarti:

1.      Semua orang percaya boleh langsung menghadap Allah melalui Kristus (1 Pet. 3:18; Yoh. 14:6; Ef. 2:18)

2.      Semua orang percaya berkewajiban untuk hidup kudus (ay.5,9)

3.      Semua orang percaya harus mempersembahkan “persembahan rohani” kepada Allah, antara lain: (a) hidup dalam ketaatan kepada Allah dan jangan menjadi serupa dengan dunia-Roma 12:1-2; (b) berdoa kepada Allah dan memuji Dia-Mazmur 50:14; Ibrani 13:15; (c) melayani dengan sepenuh hati dan pikiran-1 Tawarik 28:9; Efesus 5:1-2; Filipi 2:17; (d) melakukan perbuatan baik-Ibrani 13:16; (e) memberi dari harta milik-Roma 12:13; Filipi 4:18; (f) mempersembahkan tubuh kita kepada Allah sebagai senjata kebenaran-Roma 6:13,19.

4.      Semua orang percaya harus bersyafaat dan saling mendoakan serta berdoa untuk semua orang (Kol. 4:12; 1 Tim. 2:1; Why. 8:3)

5.      Semua orang percaya harus saling memberitakan Firman Allah dan mendoakan keberhasilannya (Kis. 4:31; 1 Kor. 14:26; 2 Tes. 3:1)

 

Bangsa yang kudus, orang percaya dipisahkan dari dunia supaya menjadi milik Allah sepenuhnya (bnd. Kis. 20:28; Tit 2:14) dan memberitakan injil keselamatan demi kemuliaan dan kebesaranNya.

 

Bacaan: Mazmur 22:23-32 disebut juga dengan Mazmur Messianis yang tidak terpisahkan dengan peristiwa Yesus di kayu salib. Seperti yang diucapkan Yesus, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Markus 15:34). Dalam Mazmur 22:2 dituliskan, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”. Pengalaman hidup yang penuh dengan tantangan, masalah dan penderitaan serta peristiwa penebusan dosa dan pemberian keselamatan dari Tuhan melalui kematianNya di kayu salib menjadikan kita “merdeka” dari kematian kekal. Hal inilah yang mendasari kita untuk bersyukur dan memuji Tuhan atas segala perbuatanNya yang ajaib.

 

III.  APLIKASI

Kita patut bersyukur karena Kristus, sang batu penjuru telah menyelamatkan dan memberikan arah dalam kehidupan kita. Kita mendapatkan anugerah keselamatan dan sekaligus kepercayaan untuk menjadi anak-anak Allah yang “memberitakan perbuatan besar Allah”. Orang Kristen diselamatkan dengan tujuan: Pertama, agar kita menjadi “alat di tangan” Tuhan untuk membangun gereja-Nya. Kedua, agar Tuhan dapat menggunakan kita untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Kedua tugas ini adalah anugerah dan kepercayaan yang berjalan bersama-sama di dalam diri setiap anak Tuhan.

KeKristenan tidak dapat dilepaskan dari pujian dan penyembahan. Dalam setiap ibadah, aspek pujian dan penyembahan selalu mendapat porsi yang besar selain pemberitaan Firman. Selain karena kita sudah “dimenangkan” dan “diangkat” menjadi anak-anak Tuhan, imamat rajani ada beberapa alasan mengapa orang-orang percaya harus memuji Tuhan:

1.      Sebab kita diciptakan untuk memuji Tuhan, alasan utama yang patut direnungkan mengapa Tuhan menciptakan manusia, meyelamatkannya dari dosa dan menjanjikan hidup kekal di surga, itu tertulis dalam Yesaya 43:21, “umat yang telah Ku bentuk bagiKu akan memberitakan kemasyhuranKu”. Allah rindu agar setiap aspek kehidupan manusia dipenuhi pujian akan kebesaranNya (bnd. Teologia Calvin tentang “Gloria Dei”, bahwa kita ada untuk memuliakan dan memuji Tuhan).

2.      Kita diperintahkan untuk memuji Tuhan, firman Tuhan menulis, “Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan! Haleluya!” (Mazmur 150:6)

3.      Sebab Tuhan telah menyelamatkan kita, dalam 1 Tawarikh 16:35 dikatakan “Selamatkanlah kami, ya Tuhan Allah, Penyelamat kami, dan kumpulkanlah dan lepaskanlah kami dari antara bangsa-bangsa, supaya kami bersyukur kepada namaMu yang kudus, dan bermegah dalam puji-pujian kepadaMu”.

4.      Ekspresi syukur kepadaNya, bersyukurlah untuk anugerah keselamatan hidup kekal yang diberikan Bapa di dalam Kristus Yesus, sebab ada banyak orang yang terpanggil, namun mereka menolak untuk memberikan hati dan hidupnya kepada Kristus. Bani Asaf mengekspresikan syukurnya dalam I Tawarikh 16:36 “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Maka semua umat mengatakan “Amin! Pujilah Tuhan!” demikian pula anjuran dalam kitab Ibrani 13:15 “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya”.

5.      Sebab kasih setiaNya kekal, Daud yang sangat memahami sifat Allah, melantunkannya dalam sebuah mazmur: “Haleluya! Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya” (Mazmur 106:1)

6.      Sebab Tuhan bertahkta di atas pujian kita, Alkitab menulis, “padahal Engkaulah yang kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel” (Mazmur 22:4). Allah ternyata sangat menikmati pujian dan penyembahan umatNya. Hal ini nampak nyata dari tindakanNya yang “duduk bertakhta” di atas puji-pujian.

7.      Indah dan baik memuji-muji Tuhan, Mazmur 147:1 “Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah dan layaklah memuji-nuji itu”

8.      Sebab Tuhan layak dipuji, tidak ada pribadi yang layak dipuji dan disembah selain daripada Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya Dia saja yang layak menerima pujian dan pengagungan dari kita. Sebab Dialah pencipta yang sempurna, Tuhan yang mengampuni segala dosa dan kesalahan kita dan berjanji untuk selalu menyertai kita, sebagaimana arti dari gelar “Imanuel” yang disandangNya (bnd. Wah. 5:13-14; Mzm 146:1-2).

9.      Ada kuasa dalam pujian. Dalam I Samuel 16:14,23 menulis “Tetapi Roh Tuhan telah mundur daripada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang daripada Tuhan. Dan setiap kali apabila roh yang daripada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya, Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur daripadanya”.

10.  Mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan. Dalam Mazmur 43:5 “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi padaNya, penolongku dan Allahku!”

11.  Sebab itulah gaya hidup kita nanti di Surga. Wahyu 22:2-3 “Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan yang mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali, dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya”.

Pdt                                                                                                                                                                                                 Pdt. Irwanta Sembiring, S.Th

                                                                                                                                                                                                                GBKP Surabaya

GB

GB