Khotbah Minggu 07 Mei 2017

KHOTBAH MINGGU TGL 07 MEI 2017

(Minggu Jubilate: “Bersoraklah”)

Invocatio   :Sebab segala sesuatu adalah dari Dia,dan oleh Dia dan kepada Dia:Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Roma 11:36).

Bacaan          : Yohanes 10:1-10

Khotbah       : Yesaya 40:9-11

Tema             : Pujilah Tuhan dan serukanlah kebaikan-Nya

 

I.           Pendahuluan

                Kitab Yesaya 40 merupakan kumpulan nubuat tentang pemulihan bangsa Israel, yang Allah lakukan terhadap umatNya, setelah mereka selesai mengalami masa pembuangan di Babel karena dosa-dosa mereka. Berita penghiburan ini, sekaligus menjadi berita pengampunan dan pembebasan  kepada bangsa Israel yang telah menderita 40 tahun lamanya dibawah kekuasaan Babel.

                Di tengah-tengah pergumulan umat Israel di pembuangan, nubuat tentang penghiburan dan pengampunan dari Allah menyatakan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umatNya, Tuhan tetap memandang orang-orang yang mengalami malapetaka hukuman itu sebagai umatNya sendiri (Yes 51:16) dan Tuhan adalah tetap Allah mereka (Yes 51:15;40:9). Tuhan tetap mengasihi mereka sebagai umatNya. Penghiburan dan pengampunan itu sekaligus menjadi seruan kepada umat Tuhan supaya mereka mau menyiapkan hati mereka menyambut hari pembebasan yang segera akan tiba.

 

II.      Pendalaman Teks Bacaan: Yohanes 10:1-10

                Dalam mewujudkan rencana penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus Injil Yohanes menggambarkan Yesus sebagai 2 hal yaitu:

1.       Yesus sebagai gembala yang baik: Kandang domba di Palestina hanya memiliki satu pintu saja yang dikawal oleh gembalanya. Jika ada yang masuk tidak melalui pintu itu/ tidak melalui pintu yang benar, memanjat tembok ia adalah seorang pencuri atau perampok. Mereka adalah gembala-gembala yang jahat, yang menggembalakan dirinya sendiri, mereka adalah gembala atau peminpin yang buruk (Yeh.34:1-4). Sebaliknya siapa yang melalui pintu ia adalah gembala domba yang baik, ini terlihat dari sikapnya sebagai penjaga yang membukakan pintu bagi dia, domba-dombanya mendengar suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya keluar.

2.       Yesus digambarkan sebagai pintu: Akulah pintu, barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia masuk dan keluar dan menemukan padang rumput (ay 9). Hal ini menegaskan kepada kita hanya melalui Yesus lah kita memperoleh keselamatan dan padang rumput yang abadi yaitu makanan rohani. Untuk memperoleh hidup yang disedikan oleh Bapa hanyalah melalui satu pintu, yaitu Yesus sendiri, tidak ada jalan atau pintu yang lain. Dunia menawarkan ada banyak pintu untuk kesenangan hidup, tapi Yesus berkata “Akulah jalan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku”(Yoh 14:6). Hal ini membuat kita tidak lagi ragu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

3.        

III.   Pendalaman Nats Khotbah: Yesaya 40:9-11

“Hai Sion, pembawa kabar baik”. Kata Sion menunjuk kepada benteng kota Yerusalem, dan seluruh bukit utara diberi nama Sion, dan Sion sendiri terletak di istana raja Daud dan terlebih-lebih bait suci. Kota Yerusalem dalam kepercayaan Israel disebut sebagai kota pilihan Allah sendiri, sebagai kota suci. Yerusalem dinyatakan sebagai tempat atau kota ÿang telah dipilih Tuhan”(1Raja 8:44;11:13). Antara Allah dan kota Yerusalem terdapat hubungan yang sangat erat, Yerusalem dimaknai sebagai pembawa pesan sukacita. “Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut”. Pembawa kabar baik itu diperintahkan untuk menyaringkan suaranya kuat-kuat agar orang-orang dapat mendengarnya.

“Lihat, itu Tuhan Allah (ay 10). Ungkapan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri yang akan datang menolong mereka yang sedang dalam pembuangan, Dia tidak menyuruh orang lain, Dia sendirilah lah yang bergerak, Allah telah datang untuk menyelamatkan mereka. Allah hadir sebagai pahlawan yang perkasa yang membawa rampasannya dalam kemenangan. Dengan kekuatan dan tanganNya Ia berkuasa. Dalam membebaskan bangsaNya dari tengah-tengah bangsa yang sedang berkuasa melalui tanda-tanda mujizat dan kekuatan yang besar. Allah hadir bagi bangsaNya dan memberikan kemenangan.

“Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternakNya dan menghimpunnya dengan tanganNya”. Tuhan itu digambarkan sebagi seorang gembala (Mzm 23, Mzm 80:2). Dengan tanganNya yang teracung, Ia telah mengumpulkan umatNya yang tersebar di babel,sama seperti peristiwa Tuhan menghimpun bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.Sikap Allah yang digambarkan sebagai gembala menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan yang tanpa terkecuali tua muda yang kuat dan lemah,Ia menuntun kita menurut jalanNya.Bangsa Israel yang telah terpisah-pisah dikumpulkanNya dan sebagai gembala Ia berdiri di depan menuntun dan menunjukkan jalan pulang ke Yerusalem.Dia telah memulihkan keadaan bangsa Israel,bekas-bekas luka penderitaan selama pembuangan telah lenyap,Karena Dia menggendong dengan hati-hati,memberi kekuatan kepada yang lemah dan menambah semangat.

IV.Renungan

                Konteks kehidupan bangsa Israel di tanah pembuangan masih  relevan dengan kehidupan yang kita alami saat ini. Adanya kekerasan, ketakutan, teror, ketidakadilan, perbudakan narkoba, kemiskinan, peminpin yang tidak mengayomi rakyatnya dan seterusnya. Siapakah yang bisa kita andalkan untuk menghadapi situasi seperti itu? Didalam Mazmur 121:1-2 “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, darimanakah pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Allah sendiri datang menolong dan membebaskan umatNya. Betapapun dalam pelanggaran dan dosa bangsa Israel, tapi Allah tetap mengasihi mereka, Allah memulihkan bekas-bekas luka penderitaan dan Dia menggendong kita dengan hati-hati, menuntun kita seperti gembala yang mengiringi gembalanya. Tidak ada pertolongan lain yang bisa diandalkan hanya Allah melalui Yesus Kristus yang sanggup memberikan pemulihan dari setiap situasi kehidupan.

                Dalam konteks keberadaan kita sebagai orang yang sudah diampuni, dipulihkan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Kita menjalani kehidupan ini dengan penuh sukacita, kehidupan kita senantiasa memancarkan dan menyuarakan kasih Allah. Keberadaan kita senantiasa membawa sukacita bukan ketakutan. Serukanlah kedatanganNya, sambutlah Ia dengan segala kerelaan dan jadilah kita sebagai pancaran kasihNya melalui kepedulian kita terhadap sesama dan dunia ini.

                               

 

 

                                                                                                                                Pdt. Rena Tetty Ginting, S.Th

                                                                                                                                                GBKP Bandung Barat