• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

RABU 17 AGUSTUS 2022, KHOTBAH ROMA 8:21-25 (HUT KEMERDEKAAN RI KE 77)

Invocatio :

“Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwaku,Selamatkanlah aku oleh karena kasih setia-Mu.

Bacaan I :

Kejadian 40:13-15 (Tunggal)

Tema :

Merdeka janah ngenanami kebebasen / Merdeka supaya mengalami kebebasan

 

Pengantar

Tanggal 17 Agustus akan selalu identik dengan kata “Kemerdekaan/Merdeka”. Untuk bisa mendapat kemerdekaan harus menempuh perjuangan yang sulit dan panjang bahkan di dalamnya pun ada penderitaan dan pengorbanan. Perjuangan yang tidak mudah itu membuat tidak semua orang bisa bertahan dan mendapatkan kemerdekaan. Bisa kita lihat juga dari perjuangan Bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Dalam perjalanannya ada yang tidak bisa menanti kemerdekaan itu datang sehingga mereka meninggalkan Indonesia dan beralih bersama dengan penjajah. Namun, kita bersyukur masih banyak orang yang bisa bertahan dan memiliki pengharapan sehingga sampai saat ini kita sudah merasakan kemerdekaan selama 77 tahun. Selain kemerdekaan Indonesia, hari ini kita membahas kemerdekaan dari dosa. Sudahkah kita merdeka?

 

Isi

Tuhan Yesus sudah datang ke dunia dan menebus dosa kita di atas kayu Salib. Kita sudah dimerdekakan dari dosa. Tapi, hidup di dalam dunia berdosa, membuat kita setiap hari melihat perbuatan dosa di sekeliling kita. Kita masih bisa tergelincir ikut-ikutan berdosa. Sebagai orang yang sudah dimerdekakan dari dosa, kita harus bisa melawan dosa dan kesenangan dunia yang membuat kita kembali dikungkung oleh dosa. Menjauhi dosa tidak mudah, apalagi menjadi anak-anak Allah seperti yang ada dalam bacaan kita.

Banyak penderitaan yang kita alami saat kita hidup dalam ketaatan bersama Tuhan. Ketika Paulus menulis surat ini, sebagaian besar orang percaya di kota Roma, sedang atau akan mengalami penderitaan dahsyat. Rasul Paulus sendiri mengalami berbagai penderitaan setelah ia mengikut Tuhan. Paulus tidak menghadapu penderitaan dengan mengelakannya tetapi dihadapi dengan kebenaran firman.

Bagaimanakah orang seharusnya memandang penderitaan yang dialaminya saat ini? Penderitaan saat ini harus dipandang dalam kaitan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Di Roma 8:18 “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” Ilustrasi yang dipakai oleh Paulus ialah seorang perempuan yang sakit bersalin. Sembilan bulan menderita berbagai ketidaknyamanan, Mendapatkan sukacita yang tidak terhingga saat bayi lahir. Demikian juga hidup kita yang penuh dengan penderitaan sekarang ini, tidak sebanding dengan pengharapan Sorgawi yang dijanjikan Tuhan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Dalam bacaan pertama kita mengingat kembali kisah Yusuf. Akibat memelihara integritas, Yusuf dipenjara. Statusnya dari budak menjadi penjahat karena tuduhan yang ia dapat. Penderitaan yang Yusuf alami tidak berkesudahan. Namun, ia tidak menyerah. Dalam penjara, Allah hadir dan bertindak memuwujudkan rencana-Nya bagi orang pilihan-Nya. Yusuf menjadi peka akan penderitaan orang. Di Kejadian 40:7 Yusuf bertanya kepada juru roti dan anggur di dalam penjara, “mengapakah hari ini mukamu semuran itu?”. Yusuf menaruh perhatian kepada penderitaan dan masalah orang lain. Itu bisa ia lakukan karena ia tahu bagaimana menderita dan ia mau membantu orang lain untuk tidak menederita. Dari situ juga kuasa Allah dinyatakan.

Penderitaan kini harus dihadapi dengan fakta kemuliaan kelak yang akan Tuhan nyatakan bagi anak-Nya. Penderitaan dapat menjadi alat Tuhan mengobarkan pengharapan iman yang kreatif. Menjalani kehidupan kita dengan membuka diri akan kehadiran Roh Kudus. Di tengah pergumulan dan penderitaan hidup, Roh Kudus menjadi jaminan akan berakt yang akan diterima oleh anak-anak Allah. Roh Kudus yang memberikan pengharapan karena Ia menjadi kemuliaan kekal yang kelak menanti kita.

Paulus sudah menjelaskan bahwa kita yang memiiki buah sulung Roh Allah menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu penebusan tubuh kita (ayat 23). Di ayat 25, “tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” Tubuh yang ditebus akan merupakan tubuh yang dimuliakan, bebas dari segala dosa. Dengan pengharapan semacam ini, orang percaya menantikan penggenapannya dengan sabar dan tekun.

 Refleksi

Tanpa mengalami penderitaan bagaimana Yusuf memiliki kepekaan terhadap orang yang sedang susah. Tanpa dipakai Tuhan untuk menanggapi mimpi orang lain, bagaimana mungkin ia mengantisipasi mimpi dari Allah untuknya? Jika Rasul Paulus tidak menghadapi berbagai penderitaan bagaimana ia bisa memberikan nasihat kepada jemaatnya? Hadapilah setiap babak baru dalam hidup kita dengan semangat untuk melihat apa yang Allah ingin kita pelajari dan berikan. Selamat menjalani berbagai penderitaan dengan harapan pembebasan dari Allah dan selamat menjadi saksi Tuhan untuk bisa membantu mereka yang juga menderita memiliki pengharapan akan pembebasan dari Allah.

 

Detaser Essy br Sembiring-Perpulungen Makassar

MINGGU 31 JULI 2022, KHOTBAH JOHANES 21:1-7

Invocatio   : “Tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan” (Efesus 4 : 28 b)

Ogen : Rut 2 : 3-9 (Tunggal)

Tema  : Pekerjaan yang Berhasil / Rulih I Bas Pendahin

 

Pembuka

Setiap orang yang bekerja pasti menginginkan hasil. Tidak ada yang bekerja tanpa mengharapkan apa-apa. Hasil yang baik tentunya dapat diperoleh jika mau mengusahakan sesuatu yang baik pula. Jika sekolah, sungguh-sungguhlah belajar, agar ilmu yang diraih bukan sekedar gelar. Jika bekerja, sungguh-sungguhlah bekerja agar ada sukacita dan dapat menikmati hasilnya.

Pepatah mengatakan rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Setiap hasil membutuhkan usaha. Contohnya dengan rajin dan berhemat, kita menjadi pandai dan kaya. Itulah yang diharapkan. Namun iman Kristen mengajarkan bahwa Tuhan memberkati kehidupan manusia seturut panggilannya. Bekerja dan mengusahai sesuatu adalah panggilan Tuhan (Bdk Kej 1:26, 28). Hasil yang dinantikan tidak hanya berupa materi, kehormatan, kesuksesan dsb, melainkan dengan turut bekerja, kita semakin mengerti cara Tuhan berkarya dan memberi hasil yang terbaik. Sehingga jerih lelah bekerja dan usaha dapat dinikmati, terus disyukuri dan mau membagikannya bagi orang lain, sebagai kesaksian tentang Tuhan pemberi berkat.

ISI

Johanes 21:1-7 Yesus menampakkan diriNya di danau Tiberias menjadi salah satu kesempatan Yesus tampil lagi dihadapan para murid setelah kematianNya (ay 1). Beberapa kali sebelumnya, Yesus menampakkan diriNya saat mereka sangat menantikanNya. Setelah Yesus mati dan bangkit, murid-murid telah ditugaskan untuk terus melayani dan bersekutu bersama. Tapi waktu yang ditetapkan tentang kedatangan Roh Kudus, belum tiba. Dalam penantian ini para murid kembali melakukan aktivitas dan pekerjaannya untuk memenuhi keperluan hidup mereka.

Di pantai Danau Tiberias, Yesus menunjukkan kehadiranNya dalam aktivitas dan pekerjaan mereka. Simon Petrus, Tomas (Didimus), Natanael, Yakobus dan Yohanes (anak Zebedeus) dan dua orang murid lainnya berkumpul di sana (ay 2). Petrus berinisiatif menangkap ikan, disusul murid Yesus lainnya yang sebagian besar dari mereka adalah nelayan. Sekalipun menangkap ikan adalah pekerjaan yang mereka kuasai, namun kali ini mereka kembali tanpa hasil (ay 3). Tentunya hal yang wajar jika kegagalan itu membuat mereka kecewa.

Di siang harinya, Yesus berdiri di pantai namun mereka tidak menyadari bahwa orang yang meminta makanan kepada mereka adalah Yesus (ay 4). Karena fokus mereka tertuju pada hasil yang gagal. Yesus mengerti akan hal itu dan meminta mereka menebar jalanya lagi, kemudian luar biasa banyaklah hasilnya, bahkan mereka kesulitan menariknya (ay 5-6). Yesus memberikan tanda mujizatNya. Semalaman mereka berusaha dan bekerja keras, namun tidak mendapat hasil. Tetapi Yesus memberikan apa yang diharapkan bahkan lebih dari apa yang terpikirkan.

Setelah menyaksikan hal tersebut, maka tersadarlah dan mengertilah murid-murid bahwa “itu Tuhan”. Mereka menyadari, hanya kehadiran Tuhanlah yang mampu melakukan hal itu. Maka Petrus pun bergegas mengenakan pakaiannya dan menghampiri Yesus (ay 7). Petrus bersiap diri datang mendekat kepada Yesus tanda kerinduan dan hormatnya akan Yesus.

Rut 2:1-7 Penggalan kisah awal mula Rut berjumpa dengan Boas. Sebagai seorang menantu, Rut perempuan yang taat dan setia. Hidup bersama dengan Naomi, Rut bertanggung jawab dan berusaha agar kehidupan mereka tercukupi. Tanpa ragu atau malu, Rut turut nasihat Naomi dan giat bekerja di ladang Boas (ay 3). Rut dengan kerendahan hati meminta izin mengutip bulir-bulir jelai yang tersisa (hak orang miskin). Dia menggunakan kesempatan bekerja dengan terus sibuk dan tidak berhenti (ay 7). Boas juga menjadi pemilik ladang yang bermurah hati. Tidak keberatan untuk menolong orang yang memerlukan. Dari sikap Rut dan Boas, Tuhan merancangkan kebaikan dan menampilkan kasih pemeliharaan.

APLIKASI

Dalam Minggu peningkatan Ekonomi jemaat, kita menyadari bahwa kebutuhan ekonomi menjadi hal penting yang harus dicukupkan. Tentunya cara untuk memenuhinya adalah dengan bekerja dan berusaha. Banyak sekali tantangan yang ada, baik dalam prosesnya juga hasilnya. Sering kali kita tergoda untuk mengerjakan pekerjaan yang melanggar perintah Tuhan, hanya karena berorientasi kepada hasil yang diinginkan. Atau melakukan pekerjaan dengan baik tetapi hasilnya tidak dipakaikan untuk sesuatu yang diperkenankan Tuhan.

Oleh sebab itu diperlukan prinsip yang benar untuk mengusahakan dan memakaikan segala sesuatu yang kita miliki, seturut Firman Tuhan. Agar kebutuhan ekonomi tercukupkan dan menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan.

1. Ketahuilah tidak ada hasil yang sia-sia

Keberhasilan dalam melakukan pekerjaan bukan ditentukan pengetahuan, kepintaran, kehebatan atau pengalaman saja. Melainkan bagaimana seorang yang percaya Tuhan, hidup taat dan berserah kepadaNya saat melakukan pekerjaan. Para murid Yesus adalah orang yang handal sebagai nelayan, karena itu profesinya. Namun tidaklah menjamin setiap usahanya beroleh hasil yang memuaskan. Mereka sempat kecewa karena tidak ada makanan dari hasil kerjanya. Tapi Yesus memberikan kelimpahan agar mereka tahu, kehadiran Yesus dan percaya kepadaNya memberi berkat. Hasil itu mereka dapat terima, saat mau taat apa yang Tuhan perintahkan.

Mungkin kita pernah mengalami kegagalan bekerja seperti para murid. Namun perjumpaan dengan Yesus, memberikan mereka jawaban atas apa yang dinantikan. Jika berjalan seturut kehendak Tuhan maka tidak ada pekerjaan yang hasilnya kebetulan atau sia-sia. Kita tidak akan takut gagal, jika melakukan dengan kerja keras dan ketulusan hati. Kita tidak akan takut ditolak, jika telah mengerjakan tanggung jawab dengan kejujuran sesuai kehendak Tuhan. Kita tidak akan takut akan hasil, jika tidak sekalipun mengandalkan diri sendiri dan menjadi tinggi hati. Karena hanya Tuhan yang berkuasa memberi berkat dan hasilnya tidak pernah sia-sia.

2. Jangan menyerah tapi berserah

Ada kalanya menyerah menjadi pilihan menghadapi tantangan. Tuhan tidak terlihat secara fisik menolong tapi di dalam Firman Tuhanlah ada sukacita dan pengharapan. Itu menjadi motivasi memakaikan setiap kesempatan untuk melakukan pekerjaan baik. Teladanilah Rut yang tidak menyerah pada situasi hidup sekalipun penuh keterbatasan. Dia mau berjuang dan berserah kepada pertolongan Tuhan (Bdk Ogen). Kita mungkin tidak tau apa hasil akhir yang kita dapat, namun jangan pernah menyerah, serahkan hasilnya pada kehendak Tuhan maka Dia akan melimpahkannya.

Kadang Tuhan membiarkan kita mengalami kegagalan padahal memiliki kemampuan atau kekuatan. Agar dengan itu kita belajar untuk taat dan mendengar perintahNya. Bahwa dengan sepenuhnya bersandar kepada Tuhan kita dapat berhasil. Tuhan tidak akan meninggalkan kita, namun kegagalan menguji dan memberikan kesadaran akan kuasa Tuhan.

3. Prosesnya dan hasilnya untuk kemuliaan Tuhan

Menikmati proses dan menikmati hasil kerja sama pentingnya. Hasil yang baik dapat diperoleh dari proses kerja yang baik. Proses yang dapat dinikmati akan membuat hasil apapun diterima dengan sukacita. Sekalipun hasil yang diperoleh seturut harapan atau tidak, ketahuilah berkat Tuhan tidak terbatas materi. Tuhan menjamin agar melalui hasil apapun yang kita peroleh ada sukacita dan beragam kebaikan.

Seperti Boas, kerelaan hatinya dipakai Tuhan untuk suatu rencana memulihkan tidak hanya kehidupan Rut dan Naomi, tetapi juga bangsa-bangsa. Biarlah melalui diri kita banyak orang menerima berkat dan sukacita (Bdk Invocatio Efesus 4:28 b). Tuhan tampil dalam setiap proses, asalkan fokus kita “melihat” Tuhan. Seperti para murid yang menyadari bahwa “itu Tuhan” yang telah memberi tanda mujizatNya dan penyertaanNya. Dia mencukupkan yang kita perlu melalui usaha dan kerja keras setiap yang percaya. Sehingga tetaplah lakukan segala sesuatu dengan ketaatan akan perintahNya. Amin.

Mereka yang berbahagia bukanlah yang memiliki segalanya atas hasil kerjanya.

Tapi yang tidak pernah mengeluh dan mensyukuri apapun yang telah dimilikinya.

Karena disaat hati penuh rasa syukur, pasti ada berkat Tuhan yang tiada terukur.

 

Pdt. Deci K br Sembiring-Runggun Studio Alam

MINGGU 24 JULI 2022, KHOTBAH MALEAKHI 3:8-12 (MINGGU GBKP NJAYO)

   Invocatio : Dage Kiniteken rehna arah megi berita e, janah isi berita e, e me kata kerna Kristus   (Roma 10:17)

Ogen : Galati 6:4-10

Thema  : Maba Persembahen/ Membawa Persembahan

 

PENDAHULUAN

Dalam perjalanan pelayanan beberapa hari lalu, ada satu hal menarik yang kami perhatikan ketika bus yang sedang kami tumpangi berhenti di salah satu halte. Tepat di sebelah halte bus tersebut, terdapat sebuah warung makan yang kelihatan sederhana malah cenderung biasa-biasa saja. Yang tidak biasa dari warung ini adalah si pemilik warung meletakkan sebuah meja di depan warungnya dan mengisi meja itu dengan nasi yang dibungkus lengkap dengan lauknya. Pada meja itu ditambahkan tulisan dengan keterangan : “berbagi berkat bagi yang membutuhkan” yang berarti makanan di meja itu bisa diambil secara gratis oleh siapa pun yang sedang ada dalam kesusahan dan terancam tidak bisa makan. Dalam cerita yang kami dapatkan, si pemilik warung tersebut memang memiliki kerinduan besar untuk menolong sesama sejauh yang dapat dia lakukan. Dia secara teratur menyediakan makanan gratis itu setiap hari Jum’at sebagai tanda kasihnya kepada saudara yang membutuhkan pertolongan. Dia melakukannya dengan sebuah komitmen dan kasih sehingga sebagai pemilik warung dia rela menyisihkan keuntungan warungnya bagi orang yang membutuhkan. Tentu sebagai pemilik warung sederhana yang mengalami kesulitan dan tekanan untuk bangkit dari efek pandemi, berbagi dengan orang lain bukan sebuah hal mudah untuk dilakukan. Tetapi si pemilik warung menolak untuk berfokus hanya memikirkan diri sendiri dan memilih untuk memberikan yang terbaik dalam menolong sesama.

Lain halnya dengan bangsa Israel dalam kitab Maleakhi saat mereka mengalami situasi pasca pembuangan di Babel. Daripada memperbaiki kondisi kerohanian dan nilai-nilai kehidupan yang berkenan di mata Tuhan, mereka justru lebih memilih untuk melakukan playing victim, dimana seolah-olah mereka menjadi korban yang tidak bersalah dalam kehidupan yang mereka jalani. Dalam kenyataannya bangsa Israel bersalah, tapi mereka malah mempertanyakan kesetiaan Tuhan (bdk. Mal. 1:2; 3;9). Lebih lanjut lagi mereka mempertanyakan mengapa Tuhan tidak berkenan atas persembahan mereka dan menangis dengan air mata palsu, padahal mereka sendiri jelas tahu persembahan yang mereka berikan adalah persembahan yang cemar di mata Tuhan (bdk. Mal.1:8; 3:8) Bila hal seperti ini terjadi, perlulah kita mempertanyakan dimanakah letak iman percaya, kasih, dan hormat bangsa Israel kepada Tuhan?    

PENDALAMAN TEKS

Dalam konteks kitab Maleakhi, kita melihat bagaimana situasi kehidupan yang mereka alami. Mereka mengalami krisis keyakinan dan krisis pengharapan atas kenyataan yang dimulai sejak kehancuran Bait Suci sebagai simbol kehadiran Tuhan. Bait suci kedua memang dibangun kembali tetapi tidak semegah seperti sebelumnya. Bangsa Israel hidup dalam perjuangan terlebih saat kelimpahan yang didambakan sekembali dari pembuangan Babel belum menjadi kenyataan. Disamping itu terjadinya gagal panen dan kemarau panjang membuat kehidupan Israel semakin terancam. Dalam kondisi yang demikian mereka menjadi tidak peduli dan merasa beribadah (baca: memberikan persembahan) atau tidak kepada Tuhan sama saja sebab Tuhan tidak menunjukkan kuasaNya seperti yang dinantikan oleh bangsa Israel. Ayat 8-9 adalah sebuah kritik yang keras kepada bangsa Israel sebab dalam pandangan Tuhan, bangsa Israel melakukan kejahatan dan menipu Tuhan. Mereka tidak lagi mau memberikan persembahan kepada Tuhan dan dibalik itu tersembunyi motif yang sesungguhnya yaitu ketidaktaatan dan ketidak-percayaan bangsa Israel kepada Tuhan. Tuhan selalu setia dan mengasihi umatNya, tetapi tampaknya tidak demikian balasan Israel kepada Tuhan. Selain itu menahan persembahan menjadi kejahatan karena mereka menahan berkat yang seharusnya menjadi milik orang-orang miskin sesuai dengan sistem perpuluhan yang berlaku saat itu.

Karena itu, Tuhan memberikan tantangan bagi bangsa Israel untuk membuktikan kesetiaan Allah. Dalam ayat 10 dikatakan: “Ujilah Aku..” bagian ini dimaksudkan bukan hanya untuk menekankan kewajiban atau regulasi, tetapi terutama untuk mengajak bangsa Israel kembali tunduk dan taat kepada Tuhan lewat persembahan yang mereka bawa kepada Tuhan. Dengan tunduk kepada Tuhan, maka bangsa Israel dapat keluar dari dosa dan penyimpangan yang telah berurat- akar selama ini. Ketika bangsa Israel melakukannya, maka Tuhan akan memberikan berkat berupa hujan yang turun membawa kesuburan pada tanah dan mengakhiri penderitaan akibat belalang pelahap yang merusak sumber penghidupan bangsa Israel (bdk. Ay.11). Dengan begitu umat dapat menyadari bahwa sejak awal Tuhan itu besar dan IA setia pada kehidupan umatNya (bdk. Ay.12)

APLIKASI

Dalam minggu GBKP Njayo, kita diminta untuk memperhatikan bagaimana selama ini sikap dan cara kita dalam membawa persembahan bagi Tuhan yakni:

  1. Membawa persembahan pada Tuhan adalah sebuah bukti ketaatan dan pengakuan bahwa kehidupan kita telah diberkati Tuhan. Dengan demikian kita tidak mengingkari campur tangan Tuhan dalam segala yang ada pada kita. Kita boleh menikmati berkat-berkat Tuhan, tetapi tidak boleh melupakan Tuhan dan tidak boleh mensejajarkan Tuhan dengan kemakmuran itu. Segala sesuatu adalah milik Tuhan, maka jangan sampai kita lupa dan “menyingkirkan” Tuhan dalam hidup kita.
  2. Dalam membawa persembahan bagi Tuhan sangat perlu untuk memperhatikan kualitas persembahan kita. Bila Tuhan memberi yang terbaik untuk kita, tentu kita pun memberikan yang terbaik sebagai tanda kasih bagi Allah yang telah memelihara kehidupan dan memerdekakan kita dari belenggu dosa. Kita perlu merenungkan kembali bagaimana kita memberi persembahan yang “prima” bagi Tuhan sebab harus diakui banyak hal yang mempengaruhi kualitas persembahan kita pada Tuhan. Membawa persembahan dengan teratur dan berkualitas adalah salah satu displin rohani yang terus perlu kita kerjakan.
  3. Sebagai umat kita turut bertanggungjawab dalam pelayanan GBKP. Dalam bingkai gereja yang mandiri, maka kita semua ditempatkan Tuhan di tengah-tengah gereja kita untuk menyalurkan berkat-berkatNya lewat keberadaan kita. Tuhan memberkati setiap upaya dan kerja kita sehingga disinilah kita terpanggil untuk ikut dalam arak-arakan pelayanan itu. Bacaan kita di minggu ini (Gal. 6:4-10) telah menggarisbawahinya dengan menyampaikan: bertolong-tolongan dalam menanggung beban. Kata beban disini merujuk pada barang bawaan yang biasanya dibawa oleh masing-masing prajurit di punggungnya saat berjalan. Jadi, masing-masing orang harus membawanya dan tidak bisa dibawakan oleh orang lain.

Dalam situasi yang dihadapi dunia dan gereja kita saat ini, kita dipanggil untuk mengambil bagian dalam membawa persembahan kita, aktif merawat dan memperhatikan gereja kita dan tidak jemu-jemu dalam melakukan perbuatan baik. Pasti ada pengorbanan yang kita lakukan baik uang, waktu, pemikiran, kenyamanan, dan lain-lain. Jangan kita lupakan bahwa benih baik yang ditabur dalam ketaatan dan dirawat dalam kesetiaan tidak akan pernah sia-sia.

 

Pdt. Eden P. Funu-tarigan, S.Si (Teol)-GBKP Perpulungen Kupang

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD